Senin, 18 Mei 2009

Celoteh : Esai Kehidupan (2)


Kala susah, ada orang cenderung merasa paling menderita sedunia. Ketika ada yang mau menolong dicurigai. Ada yang empati dicuekin. Ada yang mendekat, disuruh menjauh. Pura – pura nggak butuh. Giliran orang lain cuek, tambah sakit hati. Timbul uneg – uneg jelek. Mangkel, dan terus ngancam dalam hati. Awas ya, nanti kalau saya sudah enak, sejahtera, ganti tak cuekin, bisiknya. Begitu susah ilang, dunia seakan milik sendiri. Tak mau berbagi. Ketika diingatkan, malah nglantur. Biar saja to, wong susah, yo susahku sendiri. Makanya, kalau aku lagi senang, ya biar tak rasakan sendiri. Banyak manusia lupa; hidup itu laksana berputarnya roda (urip koyo ubenge roda). Maka nggak salah kalau kita melihat kembali firman Allah dalam kitabnya; “Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami adalah besertamu." Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? (QS al-Ankabut:10)

Itu sindiran yang keras. Pedas. Di ayat lain Allah juga menyitir; “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (keraguan), maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (murtad). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS al-Hajj:11)

Orang – orang dengan model seperti ini, adalah orang yang bermasalah dengan hatinya. Orang yang belum dewasa pemikirannya. Sebab saya teringat ketika umur belasan, seperti itulah kondisinya. Suka nggak terima. Nggak sabaran dan marah – marah sendiri. Padahal intinya caper – cari perhatian. Dari Ibu, Bapak dan saudara – saudara semuanya. Hal itu mengindikasikan ada penyakit di dalam hati. Harus segera diobati. Dihilangkan dengan banyak menyelami dan minum air kehidupan ini. Dan jangan dinyana, masih banyak jumlahnya orang – orang seperti itu di sekitar kita. Karena secara tak sadar, kita sendiri pun bisa termasuk di dalamnya. Kalau sedih seakan kiamat, kalau senang lupa daratan.

Secara sederhana, islam mengajarkan; kala sedih sabar dan istirja, dan kala senang juga sabar tapi harus syukur. Ilmu yang gampang tapi susah dipraktekkan. Ilmu yang simpel, tetapi dalem. Dan perlu waktu yang lama untuk bisa mengaplikasikan dengan benar pada setiap sendi-sendi kehidupan ini. Apalagi bagi kita yang tidak pernah merasa menderita sepanjang hidupnya. Maksudnya, lahir dari keluarga kaya, hidup di lingkungan orang kaya dan selalu berkumpul dengan orang – orang kaya yang selalu tercukupi kebutuhannya. Nlisir, orang bilang. Padahal pada hakikinya semua mengalami pahit – getir, suka – duka dan naik – turun kehidupan ini dengan kadar masing – masing derajatnya. Tak sama antara satu dan lainnya. Atas kuasaNya, tak bisa saling melihatnya. Maka, orang Jawa bilang; urip iku sawang – sinawang. Hidup itu cuma berdasarkan pandangan, yang membujuk. Kita melihat para dokter itu lebih enak daripada jadi guru. Padahal para guru melihat, jadi dokter itu lebih enak. Dan para dokter sendiri bilang, jadi arsitek itu lebih enak, dan sebagainya dan sebagainya. Muter. Mbules. Satu hal yang patut jadi andalan dalam menghadapi kehidupan ini adalah banyak syukur. Dengannya kita bisa menindih hal – hal negative yang lain. Dan salah satu cara mengepolkan syukur adalah mencari jalan syukur, yang berserak di puing – puing kehidupan sekitar kita.


Setelah banyak kemunduran yang ia alami dalam hidupnya itu, seorang teman memutuskan untuk menarik nafas sejenak dan mengikuti tur ke India. Ia mengatakan bahwa di India, ia melihat tepat di depan matanya sendiri bagaimana seorang ibu MEMOTONG tangan kanan anaknya sendiri dengan sebuah golok!! Kita akan bertanya-tanya, kenapa ibu itu begitu tega melakukan hal itu? Apa anaknya itu mencuri, 'so naughty' atau tangannya itu terkena suatu penyakit sampai harus dipotong? Ternyata tidak..!!! Semua itu dilakukan sang ibu hanya agar anaknya dapat..MENGEMIS...!! Ibu itu sengaja menyebabkan anaknya cacat agar dikasihani orang-orang saat mengemis di jalanan nanti! Masya Allah.

Kemudian ketika ia sedang berjalan-jalan sambil memakan sepotong roti, ia tidak sengaja menjatuhkan potongan kecil dari roti yang ia makan itu ke tanah. Dalam sekejap mata, segerombolan anak kira-kira 6 orang anak sudah mengerubungi potongan kecil dari roti yang sudah kotor itu... mereka berebutan untuk memakannya!! Terkejut dengan apa yang baru saja ia alami, kemudian sahabatku itu menyuruh guidenya untuk mengantarkannya ke toko roti terdekat. Ia menemukan 2 toko roti dan kemudian membeli semua roti yang ada di kedua toko itu! Pemilik toko sampai kebingungan, tetapi ia bersedia menjual semua rotinya.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia mendapatkan imbalan yang sungguh tak ternilai harganya, yaitu kebahagiaan dan rasa hormat dari orang-orang yang kurang beruntung ini!! Ia pun mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, betapa beruntungnya ia masih mempunyai tubuh yang sempurna, pekerjaan yang baik, juga keluarga yang hangat. Juga untuk setiap kesempatan dimana ia masih dapat berkomentar mana makanan yang enak, mempunyai kesempatan untuk berpakaian rapi, punya begitu banyak hal dimana orang-orang yang ada di hadapannya ini amat kekurangan!!
Sedulur, banyak hal yang sudah kita alami dalam menjalani kehidupan kita selama ini, sudahkah kita berusaha terus mengepolkan syukur ??? Apakah kita hanya banyak mengeluh saja dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki? Ingatlah; Dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia meridhai bagi kalian kesyukuran itu.” (QS az-Zumar:7)

By : Fami, Jambi

Tidak ada komentar: