Senin, 20 Desember 2010

PACARAN


Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena cintalah keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia.

Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan rasa cinta tersebut dalam syariatnya. Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak benar ?

Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda saat ini. Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran.

Ajaran Islam Melarang Mendekati Zina, Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)

Di dalam pacaran pasti ada perbuatan-perbuatan yang dilarang. Kita dapat melihat bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. Semula diawali dengan pandangan mata terlebih dahulu. Lalu pandangan itu mengendap di hati. Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua. Lalu berani berdua-duan di tempat yang sepi. Setelah itu bersentuhan dengan pasangan. Lalu dilanjutkan dengan ciuman. Akhirnya bisa sampai kepelanggaran had yaitu zina. Naudzu billahi min dzalik.

Untuk itu agama Islam yang sempurna ini telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

« لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ »

“Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” (HR. Ibnu Majah No. 1920).

Kalau belum mampu menikah, tahanlah diri dengan berpuasa. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنِ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikan kebiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga manfaat dan barokah.

Kamis, 11 November 2010

Perkeling Tentang Iman



Mari kita koreksi diri kita masing masing dalam beribadah kepada Allah, seberapa besarkah iman kita ? Sudahkah kita merasakan apa yang disebut manisnya iman ?

1. Ringan dalam beramal saleh

Orang merasakan manisnya iman akan merasa mudah atau ringan dalam melaksanakan amal saleh, rajin dan tekun dalam beribadah, serta sangat takut berbuat pelanggaran. Allah swt. berfirman, “Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk mendapat petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah dalam kesesatan, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al An’am 6 : 125)

2. Merasakan kerinduan kepada Allah

Orang yang merasakan manisnya iman, setiap relung hatinya terisi dengan kerinduan kepada Allah swt. Jika nama Allah swt. disebut, akan bergetar hatinya; kalau dibacakan firman-Nya, akan bertambah imannya; ia bertawakal, tertib shalat dan infaknyanya sebagai ekspresi syukur atas nikmat yang diterimanya.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia.” (Q.S. Al Anfal 8: 2-4)

3. Konsisten atau Istiqamah

Orang yang merasakan manisnya iman akan istiqamah atau konsisten dalam menjalankan perintah-perintah-Nya. Ia akan merasa nikmat saat beribadah kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut, “ ... Barangsiapa yang berpegang teguh kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Ali Imran 3: 101). Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah suka apabila seorang hamba mengerjakan suatu pekerjaan dan dia konsisten melakukannya.” (H.R. Baihaqi)

Kekokohan mereka dalam memegang ajaran agama diumpamakan Quran Surat Ibrahim ayat 24-25 yang bunyinya : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (la Ilaha Illallah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”

4. Faqih dalam agama

Orang yang merasakan manisnya iman akan memiliki semangat untuk memahami ajaran-ajaran Allah. Islam itu agama yang harus dipahami, bukan sekadar dipelajari dan dimengerti. Rasulullah saw. bersabda, ”Apabila Allah akan memberikan kebaikan pada seseorang, Dia faqihkan orang tersebut dalam agama.”

5. Sabar menghadapi berbagai ujian

Allah swt. memberikan kehidupan kepada manusia sebagai ujian. Siapakah di antara hamba-Nya yang paling baik amalnya. Kehidupan dunia merupakan ladang amal. “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk 67 : 2)

Orang yang merasakan manisnya iman akan tahan menghadapi berbagai ujian kehidupan, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah 2: 155-157)

Pada akhir hanya orang yang sabar yang menetapi sampai pol tutup ajal pati yang bisa meraih kenikmatan yang pol kekal abadi selama-lamanya.

Semoga manfaat dan barokah

Senin, 25 Oktober 2010

TIPU DAYA SYAITAN


Wahai saudaraku seiman, mungkin di antara kita atau bahkan diri kita sendiri mungkin pernah atau bahkan sungguh-sungguh sedang merasakannya pada saat ini. Atau bisa saja kita tidak merasakannya akibat halusnya tipu daya syaitan terhadap kita. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,

ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Kemudian saya (syaitan) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al A’raaf: 17)

Ada kalanya kita telah menunaikan banyak amalan kebaikan, sehingga tanpa sadar kita merasakan kebanggaan dalam diri kita. Kita merasa telah menjadi orang yang bertakwa, merasa bahwa diri kitalah yang paling sholih di muka bumi ini akhirnya syaitan masuk kedalam tubuh kita menggoda kita untuk ujub "merasa bangga", tidak karena Allah. Alloh subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya :

أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Alloh? Tiada yang merasa aman dari azab Alloh kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raaf: 99)

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً

“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al Kahfi: 103-104)

Sia-sia karena tidak semata-mata karena Allah dalam beramal sehingga amalannya tidak berpahala, dan sia-sia karena amalannya diikuiti dengan rasa senang dipuji, sehingga timbul rasa ujub dengan amalannya.

Jika seseorang itu senang dipuji atas perbuatannya yang baik maka syetan akan meneruskan rasa senang dipuji itu sampai timbul ujub terhadap dirinya, merasa pol sendiri, meremehkan orang lain.

Maka dari itu Nabi menilai orang yang memuji temannya sama halnya dengan memotong lehernya, “Dari Abi Bakroh : sesungguhnya ada seseorang disebut-sebut di sisi Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, lantas seseorang yang lain memuji kepadanya, maka Nabi bersabda : kasihanilah dirimu, engkau telah memotong leher temanmu (beliau berkata begitu berulang-ulang), jika salah satu dari kalian tidak bisa tidak kecuali mesti memuji, maka katakanlah aku menyangka begini-begini walaupun dia melihat memang demikian dan penghitung sebenarnya adalah Alloh dan tidak boleh menganggap suci seseorang atas Alloh.”

Dan kedua adalah Rya, sesungguhnya riya` (pamer) itu salah satu pintu dari beberapa pintu dimana syetan masuk dari padanya ke dalam hati seseorang, maka dari itu wajib bagi seorang muslim yang menginginkan mendapat surga dan selamat dari neraka untuk menyaring hatinya jangan sampai ada niat yang berubah dari karena Alloh menjadi karena selain Alloh (salah niat). Amalannya juga supaya diteliti terus jangan sampai dicampuri dengan kerancuan riya`, kalau ada harus segera dibersihkan. Riya` ialah berpalingnya hati dari karena Alloh menjadi karena selain Alloh atau karena dunia atau karena ingin dipuji oleh manusia dll. Maka dari itu riya’ termasuk syirik kecil. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :“Sesungguhnya lebih mengkhawatirkannya barang yang aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil. Mereka berkata : apakah syirik kecil itu wahai rosululloh. Beliau menjawab : syirik kecil adalah riya`. Alloh Azza wa Jalla berfirman ketika Dia membalas manusia : pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian pameri di dunia dan lihatlah apakah mereka bisa membalas amal kalian.”

Ketahuilah syetan mengajak kepadamu untuk meninggalkan suatu amalan Jika dia tidak berhasil maka syetan mengajak untuk berbuat riya`. Kalau ini juga tidak berhasil maka seseorang yang sudah mukhlis lillahi karena Alloh itu dibayang-bayangi seolah-olah amalannya masih bercampur riya`, sehingga seseorang itu putus asa dan tidak beramal, untuk itu berhati-hatilah terhadap usaha syetan ini.

Yang Ketiga yaitu merasa pol sendiri. Merasa pol sendiri itu bisa timbul karena merasa dirinya lebih dari kebanyakan orang baik, dari fisik, kecerdasan dan mungkin dari keturunan bangsawan dll, padahal Nabi bersabda : “Wahai Fatimah beramallah (sendiri), karena aku (Nabi) tidak mencukupi kamu dari Alloh sedikitpun.”

Ada orang yang merasa pol sendiri kerena ibadahnya yang mempeng. Masruq berkata : “ Cukup bagi seseorang sebagai orang pandai jika takut kepada Alloh dan cukup bagi seseorang sebagai orang bodoh jika dia merasa pol sendiri dengan amalnya.”

Berkata Umar : "sesungguhnya termasuk sebaik-baik tobatmu bahwa kamu mengerti dosamu dan termasuk sebaik-baik amalmu kamu menarik ujubmu dan termasuk sebaik-baik syukurmu bahwa kamu mengerti kekuranganmu. Berkata Bukhori, berkata Ibnu Abi Mulaikah : aku menjumpai 30 shohabat Nabi, semuanya khawatir dalam dirinya ada nifaq" (HR. Bukhori).

Untuk itu kelebihan apa saja yang ada pada diri seseorang seperti kesehatan, kekuatan, ilmu, kecerdasan, kecerdikan, keahlian dalam menyelesaikan masalah, nasab yang luhur, harta benda, anak, orang tua, keluarga, kekayaan, kemampuan beribadah yang pol, semuanya supaya disadari semat-mata sebagai peparing Alloh yang harus selalu disyukuri bukan malah untuk membanggakan diri yang akhirnya bisa menghabiskan amalnya sendiri.


Semoga Allah paring barokah.

Menyikapi Konflik Rumah Tangga II


Beberapa point berikut mungkin bisa berguna,

Tahan amarah

Sebel, kecewa, dan marah, adalah contoh bentuk-bentuk penyaluran emosi. Marah tidaklah dilarang, apalagi kalau dikarenakan alasan yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu/moment yang tepat, kepada orang yang tepat, dan dengan kadar yang proporsional.

Emosi itu memang harus disalurkan, namun terkadang, ada beberapa cara-cara lain yang lebih baik ketimbang menyalurkannya lewat kemarahan.

Seorang sahabat berkata kepada Nabi Saw, "Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku." Nabi Saw berpesan, "Jangan suka marah (emosi)." Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw tetap berulang kali berpesan, "Jangan suka marah." (HR. Bukhari)

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi amarah yaitu berpindah tempat (misal dari duduk kepada berdiri), mengambil air wudhu, dan membaca ta’awudz (audzubillahiminassyaitannirrajim).

Menahan amarah ini tidaklah mudah, karenanya Rasulullah SAW berkata,

“Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (Muttafaq Alaihi.)

Jangan mengambil keputusan bila sedang emosi

Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam. (HR. Ahmad)

Kita tentu tidak ingin menyesali suatu keputusan yang dihasilkan dalam kondisi yang penuh emosi, karena pada saat ini, akal pikiran kita tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan dalil itu pula, ada beberapa ulama yang menyatakan tidak sah talak seorang suami dalam keadaan marah.

Tenangkan diri terlebih dahulu, jernihkan pikiran, dinginkan kepala, agar keputusan yang diambil tidak menjadi sesalan di kemudian hari.

Koreksi diri

Jangan mudah menyalahkan pihak lain, coba koreksi diri sendiri, bisa jadi, konflik yang terjadi diakibatkan oleh peran serta kita di dalamnya.

Berikan nasehat yang baik

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-'Asyr: 1-3)

Surat di atas berbicara tentang hubungan interaksi dengan semua muslim, termasuk juga untuk pasangan kita.

Jika ada kelalaian/kekhilafan/kesalahan, akan lebih indah kalau teguran yang keluar berupa nasehat yang baik, dengan kata-kata yang baik, dan dengan cara-cara yang baik.

Jika terpaksa harus mempergunakan kekerasan

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An-Nisaa': 34)

Pada taraf konfik yang berat, dan sulit untuk diselesaikan, terkadang konflik bisa diselesaikan dengan ketegasan.

Ada tahapan-tahapan yang harus dijalankan, nasihati terlebih dahulu, setelah tidak bisa, lakukan pisah ranjang (namun masih di dalam satu rumah yang sama), jika masih tidak memungkinkan, pukullah, dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas dan tidak di wajah.

Satu-satunya contoh hukuman dengan kekerasan yang pernah saya baca dari Nabi yaitu ketika Nabi Ayub AS harus melaksanakan sumpahnya untuk memukul istrinya 100 kali, namun itu juga dengan mempergunakan rumput, yang pastinya tidak akan seberapa sakit.

Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shaad:44)

Pihak ketiga

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An-Nisaa': 35)

Jika memang dirasa perlu, libatkan pihak ketiga yang bisa menjadi mediator, fasilitator, bisa berupa pihak keluarga maupun dari orang yang dituakan.

Jangan libatkan anak dalam pertikaian

Jangan membuat blok dalam rumah tangga, dengan mencari pendukung atau sekutu dalam pertikaian yang terjadi antar pasangan.

Seorang anak bisa jadi sudah mengalami kebingungan sendiri dengan konflik yang dialami orangtuanya, cukuplah sampai disitu saja beban yang dialaminya.

Jika terpaksa perceraian harus terjadi

Jika tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, dan harus diambil solusi terburuk berupa perceraian, pastikan agar dilakukan dengan cara yang baik. Pernikahan diawali dengan hal yang baik, maka sudah sepatutnya pula diakhiri dengan cara yang baik.

Beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian selama proses perceraian seperti sebagai berikut :

Talak tidak boleh dilakukan pada waktu pihak wanita berada dalam masa haid atau nifas, talak baru dikatakan sah jika pihak wanita dalam keadaan bersih.

Ada masa iddah pasca talak, masa iddah adalah waktu jeda dengan rentang waktu tiga kali bersuci dari haid, sehingga jelas tidak ada benih dari suami di dalam rahim istri. Dan selama masa iddah ini, sang istri harus tetap berada satu rumah dengan suami, dan dalam waktu iddah ini pula, kedua belah pasangan boleh rujuk tanpa memerlukan pernikahan ulang kembali.

Jika telah memiliki anak, dengan adanya perceraian, korban terbesar adalah sang anak. Jangan abaikan hak-haknya, dan bantu dia melalui krisis perceraian kedua orangtuanya.

Jaga perasaan orangtua dan mertua juga sangat mungkin mengalami masa-masa sulit dengan perceraian yang dialami anaknya. Perhatikan pula hal ini!

Bertaubat dengan taubatan Nasuha

Tidak ada manusia yang sempurna, pasti ada kesalahan atau kelalaian yang mungkin saja terjadi.

Bagi pihak yang merasa bersalah, lakukanlah syarat-syarat taubat. Tinggalkan perbuatan dosa/kesalahan tersebut, menyesalinya, kapok, getun dan tidak akan mengulangi lagi dan melaksanakan kafaroh serta memperbanyak sodakoh untuk pulihan.


Semoga manfaat dan barokah.

Senin, 04 Oktober 2010

Menyikapi Konflik Rumah Tangga I


H2 + O2 = H2O

Pada waktu kita masih di bangku sekolah, rumus kimia di atas sudah bukan hal asing: hydrogen (H2) jika direaksikan dengan oksigen (O2), maka terbentuklah air (H2O). Hydrogen adalah jenis gas yang gampang sekali terbakar, sedangkan oksigen adalah jenis gas yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pembakaran. Yang menarik, ketika hydrogen (H2) bereaksi secara kimia dengan oksigen (O2), maka yang terbentuk adalah air (H2O). Sementara sebagaimana kita ketahui bahwa Air adalah zat yang justru menghambat pembakaran. Air adalah zat yang lembut, mendinginkan, menetralkan dan membersihkan.

Fenomena alam di atas memberi kita sebuah inspirasi.

Betapa banyak masalah yang kita hadapi setiap hari. Betapa banyak konflik yang kita temui di setiap waktu bagaimana kita bisa menyikapi konflik ini seperti halnya air yang bisa menyejukkan dan mendinginkan suatu masalah.

Di dalam bingkai rumah tangga, ada banyak sebab yang bisa menimbulkan konflik. Tingkat konflik dalam rumah tangga pun bisa bervariasi, dari yang levelnya ringan, sampai yang levelnya berat. Mulai dari hanya sekedar menentukan program TV apa yang akan ditonton, sampai bentuk pengasuhan terhadap anak yang akan diterapkan.

Namun bagaimanapun juga, kalau dikelola dengan baik, sebuah konflik tidaklah harus bisa membuat perpecahan ataupun dampak yang besar bagi kedua pasangan.

Ada pendekatan yang bisa dilakukan untuk dapat mengelola konflik menjadi hal yang hanya akan menambah kebaikan dalam keluarga.

Cinta adalah penerimaan yang utuh terhadap pasangan, baik kelebihannya maupun kekurangannya. Dengan begitu, kita menjadi orang yang realistis, bahwa pasangan kita bukanlah malaikat yang tanpa cacat, tidak punya cela; dengan penerimaan yang utuh ini pula kita bisa memberikan ruang yang cukup luas untuk dapat kompromi dengan perbedaan-perbedaan yang ada.

Pernikahan yang sudah dibina adalah salah satu bentuk Sunnah Rasulullah SAW. Dengan menjadikan landasan agama sebagai salah satu bentuk pondasi pernikahan, ada kekuatan yang lebih yang Insya Allah bisa menahan gejolak konflik yang ada.

Untuk itulah dalam memilih pasangan hidup dengan mengutamakan faktor agama sebelum faktor kecantikan, ketampanan, keluarga, dan hartanya. Begitupula para orang tua agar mereka menikahkan anak-anak mereka dengan pasangan yang berakhlak baik dan faham agamanya.

Komunikasi yang baik antar pasangan sangat menentukan keharminasan dalam rumah tangga. Bukanlah dinamakan sebuah komunikasi, jika masing-masing pihak tidak dapat memahami pesan yang dimaksudkan oleh pasangannya.

Keterbukaan, kejujuran, dan kemampuan komunikasi yang baik seperti mampu mengenali kondisi, situasi, waktu dan cara yang baik untuk menyampaikan pesan, menjadi kunci dari sebuah komunikasi yang sehat.

Sebelum menuntut hak dari pasangan, berkacalah dahulu dengan kewajiban-kewajiban yang seharusnya kita jalankan. Seorang suami harusnya bisa mendidik, mengajarkan sang istri dengan pendidikan agama yang benar, mencukupi kebutuhannya, memberikan nafkah, mencintainya, tidak mendzaliminya, dst.

Paling dekat dengan aku kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (Al Hadits)

Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik dari kamu terhadap keluargaku. Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang menghina kaum wanita adalah orang yang tidak tahu budi. (Al Hadits)

Hakim Ibnu Muawiyah, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah kewajiban seseorang dari kami terhadap istrinya? Beliau menjawab: "Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, jangan memukul wajah, jangan menjelek-jelekkan, dan jangan menemani tidur kecuali di dalam rumah." (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Nasa'i, dan Ibnu Majah).

Begitupula dengan seorang istri yang shalehah, bisa menyenangkan, taat dan patuh kepada suami selama tidak rmaksiat, dapat menjaga kehormatannya, dan amanah jika suaminya sedang tidak bersamanya.

Allah 'Azza wajalla berfirman (dalam hadits Qudsi): "Apabila Aku menginginkan untuk menggabungkan kebaikan dunia dan akhirat bagi seorang muslim maka Aku jadikan hatinya khusyuk dan lidahnya banyak berzikir. Tubuhnya sabar dalam menghadapi penderitaan dan Aku jodohkan dia dengan seorang isteri mukminah yang menyenangkannya bila ia memandangnya, dapat menjaga kehormatan dirinya, dan memelihara harta suaminya bila suaminya sedang tidak bersamanya.

Namun demikian, sebuah pernikahan bukanlah interaksi kaku antara hak dan kewajiban, tapi harus juga bisa fleksibel, lentur, dan ini memerlukan kepahaman masing-masing pasangan.

Tiap individu itu unik, tidak ada yang sama. Bahkan dalam satu keluargapun, antara kakak-beradik belum tentu memiliki karakter, sifat dan kesukaan yang sama. Karenanya, pemahaman terhadap karakter, sifat dan kesukaan pasangan tentu menjadi hal yang penting.

Cari tahu apa yang ia suka, yang ia tidak suka, yang ia senangi, yang ia benci, yang membuatnya senang, yang membuatnya marah, dst. Serta kompromikan hal itu dengan pasangan anda.

Bagaimanapun kondisi pasangan anda karena itu sudah menjadi pilihan anda maka bersyukurlah, karena bisa jadi ialah pasangan yang paling tepat buat anda. Jangan “lihat ke kanan-kiri” ketika ada hal-hal yang kurang pada pasangan, sama-sama perbaiki, saling introspeksi, bersemangat dalam meningkatkan kebaikan dalam diri masing-masing, juga pada diri pasangan anda.

Demikian mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan.

Semoga Allah paring manfaat dan barokah.

Kamis, 23 September 2010

KDRT


Wanita itu seperti tulang rusuk, jika engkau keraskan maka ia akan patah, namun jika engkau biarkan maka ia akan tetap bengkok.

Wanita itu adalah mahluk yang unik. Bahkan beberapa orang mengatakan kalau “women is the greatest mystery in this world”. Tak kan pernah habis penelitian dan pembahasan mengenai wanita. Tak kan pernah cukup dan tak kan pernah usai pembicaraan mengenai wanita.

Suami sebagai nahkoda rumah tangga diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan para awak kapalnya dalam menuju keridhoanNya. Dan wanita atau istri berada dalam tanggung jawab tersebut.

Salah satu keunikan seorang wanita adalah dia tidak boleh dikeraskan. Maka itu dalam banyak sejarah para Nabi yang mulia, tidak pernah kita baca mengenai kekerasan dari diri mereka terhadap istri-istrinya, meskipun terkadang kekurang ajarannya sangatlah tidak masuk di akal, sebagaimana dicontohkan oleh istri Nabi Nuh AS dan istri Nabi Luth AS.

Allah membuat istri Nuh dan istri Lut perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); "Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)". (QS. AT Tahrim:10)

Namun apakah kita pernah mendengar bahwa mereka pernah dikeraskan oleh para Nabi ?

InsyaAllah Satu-satunya kekerasan dalam rumah tangga keluarga para Nabi yang pernah dilakukan adalah pukulan seratus cambukan dari Nabi Ayub As kepada istrinya (itupun sifatnya mendidik dan tidak merusak/membahayakan).

Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shaad:44)

Itupun memukulnya menggunakan rumput. Seberapa sih sakitnya dipukul menggunakan seikat rumput setangan? Kalaupun yang digunakan adalah rumput gajah, tetap saya yakin tidak akan terlalu sakit.

Jangankan kepada istri mereka, kepada pembantu yang mereka milikipun, para Nabi tidak pernah memarahi, apalagi memukul. Demikian yang diungkapkan oleh Anas RA, mengenai Rasulullah Muhammad SAW.

Namun jangan sampai terlena, sebab wanita itu seperti tulang rusuk, jika tetap dibiarkan, maka ia akan tetap bengkok. Namun jangan pula dikeraskan, jika dikeraskan ia akan patah.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahriim:6) 

Semoga Allah paling manfaat barokah.

Berbicaralah yang baik atau diam (adab berbicara)


Ketika kita hendak berbicara dengan orang lain. Berbicara sesuatu yang baik atau memilih diam. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW) bersabda, "Barang siapa mengaku beriman kepada Allah dan hari Pembalasan hendaknya ia berkata yang baik atau memilih diam." (HR. Bukhari).

”Diam (tidak bicara) adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya.” (HR. Ibnu Hibban).

”Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam”. (HR. Ahmad)

Berbicara dengan Lemah Lembut, "maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut" (QS. Thaha: 44)

Bernilai Sedekah Jika Ucapan itu Santun,"Setiap tulang itu memiliki kewajiban bersedekah setiap hari. Di antaranya, memberikan boncengan kepada orang lain di atas kendaraannya, membantu mengangkatkan barang orang lain ke atas tunggangannya, atau sepotong kalimat yang diucapkan dengan baik dan santun." (HR. Bukhari).

Tidak Banyak Bicara, "Sesungguhnya Allah tidak menyukai banyak bicara, menghambur-hamburkan harta dan terlalu banyak bertanya" (HR. Bukhari)

Berhati-hati dalam Berbicara, Berhati-hatilah dalam berbicara. Karena berbicara ini, bisa membawa kita sampai ke neraka. Sebaiknya menghindari pembicaraan berujung kepada kesiasiaan dan dosa semata.

Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

"Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh jaraknya dariku pada hari Kiamat adalah para penceloteh lagi banyak bicara." (HR. Tirmidzi) .

Tidak Ghibah, "…Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat : 12).

Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan rasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai." (HR. Muslim)

Tidak Mengadu Domba, Hudzaifah Radhiyallahuanhu (RA) meriwayatkan, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Tak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (HR. Bukhari dan Muslim).

Tidak Berbohong,"Sesungguhnya kejujuran itu mendatangkan kebaikan, dan kebaikan itu akan berujung kepada surga. Dan orang yang senantiasa berbuat jujur niscaya tercatat sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya kebohongan itu mendatangkan kejelekan, dan kejelekan itu hanya berujung kepada neraka. Dan orang yang suka berbohong niscaya tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta." (HR. Bukhari).

Menghindari Perdebatan, Sedapat mungkin menjauhi perdebatan dengan lawan bicara. Meskipun boleh jadi kita berada di pihak yang benar. Sebab Rasulullah SAW telah menjamin sebuah istana di surga bagi mereka yang mampu menahan diri. "Aku menjamin sebuah istana di halaman surga bagi mereka yang meninggalkan perdebatan meskipun ia berhak untuk itu." (HR. Abu Daud).

Jangan Mencaci-mak, "Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia." (HR. Ad-Dailami)

Janganlah Berbisik-bisik, "Apabila berkumpul tiga orang janganlah yang dua orang berbisik-bisik (bicara rahasia) dan meninggalkan orang yang ketiga (karena hal tersebut akan menimbulkan kesedihan dan perasaan tidak enak baginya)." (HR. Bukhari)

Tak Memotong Pembicaraan, "Suatu hari seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah SAW, ia langsung memotong pembicaraan beliau dan bertanya tentang hari Kiamat. Namun Rasulullah tetap melanjutkan hingga selesai pembicaraannya. Setelah itu baru beliau mencari si penanya tadi." (HR.Bukhari)

Hindari Mengolok dan Memanggil dengan Gelar yang buruk,"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan yang lain. Karena boleh jadi perempuan (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok) itu. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain. Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa yang tak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Hujurat : 11).

Menjaga Rahasia,"Tiadalah seorang Muslim menutupi rahasia saudaranya di dunia kecuali Allah menutupi (pula) rahasianya pada hari Kiamat." (Riwayat Muslim).

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. (QS. Al-Mujadilah: 9)

Sama-sama mengeluarkan energi, berbicaralah yang baik, pahit madu, empan papan adepan.

Semoga manfaat dan barokah

Rabu, 08 September 2010

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H



Walau jemari tak kuasa berjabat
Setidaknya kata masih dapat tulus terungkap
Mohon maaf segala kesalahan dan kekilafan
"TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM"
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H

Kamis, 29 Juli 2010

Alangkah Mulia dan Berharganya Ibu Rumah Tangga



Usai menunaikan shalat magrib berjamaah dan berzikir di masjid samping kontrakannya, mubaleg yang aktif itu tampak merenung cukup lama. Ia tampak kelelahan setelah seharian bekerja di rumahnya karena ’ditinggal’ istrinya yang mengikuti kegiatan pengajian Ibu-ibu dari pagi hingga siang hari. Sebagai mubaleg, tentu ia bukannya tidak paham betapa beratnya beban seorang istri sekaligus ibu rumah tangga. Namun, dengan menjalani sendiri seluruh pekerjaan rumah tangga hari itu, mulai dari memasak air, menyapu rumah dan halaman, mencuci piring/gelas dan pakaian, memasak dan menyediakan makan bagi anak-anaknya, memandikan mereka, mengantar mereka ke sekolah sekaligus mendampinginya (karena ada yang duduk di TK), mengasuh mereka sekaligus menenangkan mereka jika sesekali menangis dan rewel, melerai mereka saat mereka bertengkar dll, benar-benar pekerjaan yang amat menguras energi. Itu baru satu hari dan itu pun tidak sampai sehari penuh. Bagaimana kalau harus tiap hari ? Bisa-bisa stres! Karena itu, mubaleg itupun makin menyadari betapa tanpa kehadiran istri, mengurus rumah tangga dengan keempat anaknya yang masih kecil-kecil itu ternyata tak seenteng yang ia bayangkan.

Sejak itu ia pun mulai menyadari, betapa ia kadang egois. Sebagai suami dan kepala rumah tangga ia merasa yang paling capek karena mencari nafkah, mengajar, mengurus jamaah, dll. Ia merasa, dirinyalah yang paling sibuk sehingga sedikit saja istri kurang dalam hal pelayanan kepadanya, entah karena dianggap lamban, atau rumahnya sedikit berantakan, atau masakannya sedikit kurang enak, dll, ia gampang mengeluh, bahkan mencela.

Kini, di tengah-tengah perenungannya, ia pun amat menyesal. Tak terasa, air matanya menetes membasahi pipinya. Usai salat magrib itu, ia menyadari betapa ia sering berbuat tidak adil terhadap istrinya. Sejak itu, ia mulai bersikap sabar dan tak mengeluh lagi jika dalam pandangannya istrinya kurang dalam melayani dirinya atau mengurus rumah tangganya.

Seorang suami memang pantas untuk menghargai, menghormati, memuliakan dan menyayangi istrinya betapapun dalam pandangannya, istrinya itu banyak kekurangannya. Sebab, jika pun ukurannya dikembalikan pada standar materi, pekerjaan menjadi seorang istri/ibu rumah tangga sesungguhnya amat mahal.

Disisi waktu jelas sangat menyita banyak waktu dari pagi hingga pagi lagi tak henti-hentinya menyiapkan segala sesuatunya baik untuk anak-anak dan suaminya.

Dari sisi materi juga tak terhitung banyaknya, disebutkan di salah satu website bahwa setelah dilakukan survei kepada 18.000 ibu rumah tangga di Toronto, Kanada, mengenai daftar pekerjaan rumah tangga mereka sehari-hari (seperti memasak, membersihkan rumah, merawat anak, mengurus keluarga, dan sebagainya), sebuah perusahaan standar penggajian mendeskripsikan nilai, harga dan gaji yang pantas atas “pekerjaan” para ibu rumah tangga ini bila mereka digaji. Di Kanada, dari sekian banyak tugas dan pekerjaan domestik, seorang ibu rumah tangga jika digaji secara layak pendapatan perbulannya bisa mencapai $ 124.000. Jumlah itu setara dengan Rp 1.116.000.000,- (satu miliar seratus enam belas juta rupiah). Ini bila kurs $1= Rp 9.000,- saja.

Karena itu, “Sebuah kesalahpahaman yang sangat jamak jika pilihan seorang wanita untuk menjadi seorang ibu rumah tangga dianggap lebih mudah dan lebih ringan daripada menjadi seorang wanita karir,”.

Jika sebesar itu nilai “profesi” sebagai seorang ibu rumah tangga, maka secara berseloroh kita bisa mengatakan, betapa tidak cerdasnya seorang istri/ibu sampai rela mengorbankan urusan keluarga/ rumah tangganya hanya karena sibuk bekerja dengan gaji yang tentu tidak seberapa dibandingkan dengan nominal di atas. Lebih tidak cerdas lagi jika seorang suami menganggap rendah istrinya, tidak mau menghargai dan memuliakan istrinya, hanya karena ia banyak di rumah sekadar menjalani “profesi”nya sebagai ibu rumah tangga.

Itu dari sisi materi. Bagaimana jika dilihat dari kacamata Islam? Dalam pandangan Islam, seorang ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh atas seluruh urusan keluarga/rumahtangganya karena posisinya sebagai umm[un] wa trabbah al-bayt (ibu sekaligus manajer rumah tangga). Ia jugalah yang bertanggung jawab atas perawatan dan pendidikan anak-anaknya. Seorang penyair Arab mengatakan, ”Al-Ummu Madrasah al-Ula, Idza A’dadtaha A’dadta Sya’ban Khayr al-‘Irq” (Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Jika engkau mempersiapkan ia dengan baik maka sama halnya dengan engkau mempersiapkan bangsa berakar kebaikan).

Lebih dari itu, betapa mulia dan terhormatnya kedudukan seorang istri/ibu rumah tangga tergambar dalam hadis dari Anas ra. : Kaum wanita pernah datang menghadap Rasulullah saw. Mereka bertanya, ”Ya Rasulullah, kaum pria telah pergi dengan keutamaan dan jihad di jalan Allah. Adakah amal perbuatan untuk kami yang dapat menyamai amal para mujahidin di jalan Allah ?” Rasulullah saw. menjawab, “Siapa saja di antara kalian berdiam diri di rumahnya (melayani suaminya, mendidik anak-anaknya dan mengurus rumah tangganya), sesungguhnya ia telah menyamai amal para mujahidin di jalan Allah.” (Al Hadits).

Karena itu, tak ada alasan bagi para suami, untuk tidak memuliakan dan menyayangi istrinya dengan setulus hati.

Semoga Allah paring manfaat dan barokah bagi kita semua.

Rabu, 07 Juli 2010

BERBUAT BAIK KEPADA KEDUA ORANG TUA (Birrul Walidain)



Selain kita diwajibkan untuk taat kepada Allah dan Rosul. Kita juga diwajibkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وا عبدوا الله ولأ تشر كوا به شيئا وبااولدين احسنا

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ... "(an-Nisâ`ayat 36).

Begitu pula Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam surat Luqmân ayat 14:

وو صينا الأنسن بو لد يه

"(Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua, ...)"

Selanjutnya Allah menyebutkan alasan perintah ini, yaitu:

حملته أمه وهنا على وهن

"(ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah)".

Yakni keadaan lemah dan berat ketika mengandung, melahirkan, mengasuh dan menyusuinya sebelum kemudian menyapihnya.

Kemudian Allah berfirman:

وفصله فى عا مين أن اشكر لى ولو لد يك الى المصير

"(dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada ke dua orang tuamu. Hanya kepada-Kulah kembalimu)".

Nabi telah menjadikan bakti kepada orang tua lebih diutamakan daripada berjihad di jalan Allah. Disebutkan dalam shahîhaian dari 'Abdullâh bin Mas'ûd, ia berkata:

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Aku bertanya kepada Nabi; "Amalan apakah yang paling utama?" Beliau menjawab,"Shalat pada waktunya." Aku bertanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab,”Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi: ”Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab,”Berjihad di jalan Allah.”

Allah Subhanhu wa Ta'ala juga telah berwasiat supaya berbuat baik kepada kedua orang tua di dunia walaupun keduanya kafir. Akan tetapi, apabila keduanya menyuruh untuk berbuat kufur maka seorang anak tidak boleh mentaati perintah kufur ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya :

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".(Luqmân :15).

Cara berbakti kepada kedua orang tua, ialah dengan mencurahkan kebaikan, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan.

Berbuat baik dengan perkataan, yaitu kita bertutur kata kepada keduanya dengan lemah lembut, menggunakan kata-kata yang baik dan menunjukan penghormatan/mengagungkan.

Berbuat baik dengan perbuatan, yaitu melayani keduanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, membantu dan mempermudah urusan-urusan keduanya. Tentu, tanpa membahayakan agama ataupun dunia kita.

Berbakti kepada kedua orang tua yang telah Iman tidak hanya dilakukan tatkala keduanya masih hidup. Namun tetap dilakukan manakala keduanya telah meninggal dunia. Ada sebuah kisah, yaitu seseorang dari Bani Salamah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا

"Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal?" Beliau menjawab,"Ya, dengan mendoakannya, memintakan ampun untuknya, melaksanakan janjinya (wasiat), menyambung silaturahmi yang tidak bisa disambung kecuali melalui jalan mereka berdua, dan memuliakan teman-temannya". [HR Abu Dawud].

Dalam kitab Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari hadits Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'anhu disebutkan tentang kisah tiga orang yang ingin bermalam di gua, lalu merekapun masuk ke dalamnya. Begitu sampai di dalam gua, tiba-tiba sebongkah batu besar jatuh dan menutup mulut gua tersebut.

Merekapun kemudian bertawasul kepada Allah dengan amal-amal shalih yang pernah dikerjakan supaya mereka bisa keluar. Salah seorang dari mereka berkata :

Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai bapak dan ibu yang sudah sangat tua. Aku tidak pernah memberikan susu kepada keluarga maupun budakku sebelum mereka berdua.

Suatu hari, aku pergi jauh untuk mencari pohon dan belum kembali kepada mereka hingga mereka pun tertidur. Akupun memerah susu untuk mereka. Setelah selesai, ternyata aku mendapatkan mereka berdua telah tertidur. Aku tidak ingin membangunkannya dan tidak memberikan susu kepada keluarga maupun untukku sendiri. Aku terus menunggu mereka sambil membawa mangkuk susu di tanganku hingga terbit fajar. Mereka pun bangun dan meminum susu perahanku.

Ya Allah, sekiranya aku melakukan itu semua karena-Mu, maka bukakanlah batu yang telah menutupi kami ini.

Maka batu itupun bergeser sedikit. Kemudian demikian pula yang lainnya berdoa, bertawasul dengan amalan shalih yang pernah mereka kerjakan. Akhirnya, batu itupun bergeser sehingga gua terbuka dan mereka dapat keluar, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

Sebagai seorang anak sungguh sangat tidak pantas berbuat durhaka dan memutuskan hubungan dengan kedua orang tua, padahal ia mengetahui keutamaan berbakti kepadanya, dan balasannya yang mulia di dunia maupun di akhirat. Larangan ini sangat besar.

Apabila telah mencapai usia lanjut, kedua orang tua akan mengalami kelemahan fisik maupun pikiran. Bahkan keduanya bisa mengalami kondisi yang serba menyusahkan, sehingga menyebabkan seseorang mudah menggertak atau bersikap malas untuk melayaninya. Dalam keadaan demikian, Allah melarang setiap anak membentak, meskipun dengan ungkapan yang paling ringan. Tetapi Allah memerintahkan si anak supaya bertutur kata yang baik, merendahkan diri dalam perkataan maupun perbuatan di hadapan keduanya. Demikian pula, Allah memerintahkan si anak supaya mendoakan keduanya, semoga Allah mengasihi keduanya sebagaimana keduanya telah mengasihi dan merawat si anak tatkala masih kecil.

Sang ibu rela berjaga saat malam hari demi menidurkan anaknya. Iapun rela menahan rasa letih supaya si anak bisa beristirahat dengan cukup. Adapun bapaknya, ia berusaha sekuat tenaga mencari nafkah. Letih pikirannya, letih pula badannya. Semua itu, tidak lain ialah untuk memberi makan dan mencukupi kebutuhan si anak. Sehingga sepantasnya bagi si anak untuk berbakti kepada keduanya sebagai balasan atas kebaikannya.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi: "Wahai Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik?" Rasulullah menjawab,"Ibumu." Orang itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ibumu." Orang itu mengulangi pertanyaannya: "Kemudian siapa lagi?" Nabi pun kembali mengulangi jawabanya: "Ibumu." Iapun kemudian mengulangi pertanyaanya untuk yang ke empat kalinya: "Kemudian siapa?" Rasulullah menjawab: "Bapakmu."

Semoga Allah paring manfaaat dan barokah.

Rabu, 23 Juni 2010

LDII Laksanakan Festival Anak Muslim 2010



Bogor, Minggu 20 Juni 2010
LEMBAGA Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Bogor, Minggu (20/6/2010) pagi hingga sore hari, telah melaksanakan Festival Anak Muslim 2010 (Gala Cabe Rawit) sebagai salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil pembinaan bagi generasi penerus (generus) di kalangan warga LDII yang telah dilaksanakan hingga pertengahan tahun 2010. Festival Anak Muslim 2010 tersebut dilaksanakan melalui kerjasama antara DPD LDII Kota Bogor dengan PC LDII Kecamatan Tanah Sareal dan Ikatan Remaja Masjid Nurul Iman, Budi Agung.

Festival Anak Muslim 2010 kali ini yang dilaksanakan sekaligus dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional, mengambil tema “Menuju Generasi Muda Islam Yang Religius,” kata Wahyu Purnomo yang menjadi Ketua Pelaksana festival. Lebih lanjut Wahyu menyatakan “Peserta festival merupakan perwakilan anak-anak dari PAC LDII Kelurahan Cibadak, Kayu Manis, Kebon Pedes, Kedung Badak, Kedung Waringin, dan Sukaresmi.” Hadir dalam acara festival perwakilan dari Kecamatan, Kapolsek, dan Danramil serta Ketua MUI Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, tambah Wahyu.

Dalam sambutan pada pembukaan festival, H. Iskandar, MM - Ketua PC LDII Kecamatan Tanah Sareal yang mewakili Ketua DPD LDII Kota Bogor menyatakan bahwa Festival Anak Muslim 2010 diadakan sebagai tindak lanjut pembinaan generasi penerus di kalangan warga LDII. “Hasil pembinaan generous yang telah dilakukan selama enam bulan dievaluasi dalam acara festival ini, yaitu dengan mengadakan berbagai lomba dan festival budaya.” Lebih lanjut Iskandar menyatakan bahwa peserta festival sengaja dibatasi untuk anak-anak yang berumur 10 tahun ke bawah. “LDII telah melakukan pembinaan generasi muda untuk memberikan pemahaman tetang tata cara beribadah sedini mungkin, sehingga pada saat mencapai umur 10 tahun mereka telah mampu melaksanakan berbagai bentuk ibadah yang menjadi kuwajiban bagi umat Islam, tambah Iskandar.
Ketua MUI Kecamatan Tanah Sareal, Drs. Mahdi Marzuki, MM., dalam sambutannya menyatakan dukungannya terhadap acara yang dilakukan oleh LDII. Pembinaan umat memang harus dilakukan sedini mungkin sehingga ketika beranjak dewasa mereka telah mempunyai dasar kefahaman agama yang kuat, ungkap Marzuki. “Saya sangat mendukung kegiatan festival dan kegiatan pembinaan generasi muda yang dilakukan oleh LDII dan berharap agar kegiatan semacam ini dapat terus dilaksanakan setiap tahunnya,” tambah Marzuki.

Selain berbagai lomba dan penampilan seni budaya, festival kali ini juga dimeriahkan oleh pertunjukan pencak silat yang dilakukan oleh Perguruan Persinas ASAD, yang pesertanya berasal dari kalangan anak-anak warga LDII. Pagelaran seni bela diri pencak silat, selain bertujuan untuk meningkatkan kecintaan anak-anak terhadap budaya bangsa sendiri juga untuk melatih kedisiplinan dan keberanian anak-anak agar dapat menjaga dirinya dalam kondisi lingkungan yang seringkali rawan bagi mereka, tambah Iskandar.

Secara terpisah Dr. Ir. H. Radjab Tampubolon – sebagai Ketua DPD LDII Kota Bogor menyampaikan bahwa sejak awal tahun 2010 LDII telah mencanangkan pentingnya pembinaan generasi penerus di kalangan warga LDII. “Di LDII, pembinaan generasi penerus dimulai sejak usia dini (“cabe rawit”) hingga 10 tahun, kelompok pra-remaja hingga usia 16 tahun dan remaja usia > 16 tahun.” Untuk melancarkan pembinaan kefahaman agama generasi penerus, LDII bahkan telah membentuk Tim Penggerak Pembina Generus (TPPG) yang bekerjasama dengan pengurus LDII dan segenap orang tua warga LDII dalam rangka menyukseskan pembinaan generous, tambah Radjab.

Sambutan oleh Ketua PC LDII (H. Iskandar, MM) dan Ketua MUI (Drs. H. Mahdi Marzuki, MM) - Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor; serta Pengurus PC LDII dan perwakilan Muspika yang terdiri atas Kapolsek dan staf Danramil Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Perwakilan peserta Festival Anak Sholeh 2010, lomba cerdas cermat pengetahuan agama, dan penampilan seni budaya, serta penerimaan piala bergilir dari PC LDII Tanah Sareal oleh perwakilan peserta dari PAC Kelurahan Kebon Pedes yang menjadi juara umum Festival Anak Sholeh 2010, yang diselenggarakan oleh PC LDII Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.


sumber:DPD LDII Kota Bogor/PC LDII Kecamatan Tanah Sareal.

Rabu, 16 Juni 2010

RENCANA PENCANANGAN LDII GO GREEN


Acara Pencanangan LDII Go Green insyaAlloh akan dilaksanakan pada hari Senin, 21 Juni 2010 di Makasar, Sulawesi Selatan, yang akan dihadiri oleh Pengurus DPP LDII, perwakilan DPD LDII Provinsi seluruh Indonesia, tokoh-tokoh masyarakat, dll.
Dalam Acara tersebut insyaAlloh juga akan dihadir Gubernur Sulawesi Selatan, Walikota Ujung Pandang. Sementara saat ini panitia sedang mengupayakan Prof. Emil Salim dan Menteri KLH untuk hadir sebagai Keynote Speech dan meresmikan pencanangan tersebut. Selain kegiatan ceremonial, pada hari itu juga akan digelar pameran kegiatan yang telah dilaksanakan oleh warga LDII di berbagai provinsi terkait penghijauan dan lingkungan serta juga akan dilaksanakan workshop penghiajaun. Mohon doanya agar acara dapat terlaksana dengan lancar, aman, selamat dan barokah bagi kita semua.

http://ldiigogreen.blogspot.com

Rabu, 19 Mei 2010

Karakter (ciri-ciri) wanita/istri sholihah :



Karakter (ciri-ciri) wanita/istri sholihah :

1. Mentaati Allah dan RasulNya
Taat kepada Allah dan Rosul merupakan dasar untuk meraih ganjaran tertinggi yaitu surga yang penuh dengan kenikmatan, dia kekal didalamnya selama-lamanya. Allah Swt. berfirman : “Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya ...”. (Qs. An Nisaa’ : 13),

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (Qs. An Nisaa’ : 69)

2. Taat Kepada SuamiNya
Mentaati Suami sebagai jembatan untuk meraih kenikmatan yang kekal dan abadi di surga. Rasulullah Saw bersabda : Jika seorang isteri itu telah menunaikan shalat lima waktu, dan puasa di bulan Ramadhan, dan menjaga kemaluannya serta taat kepada suaminya, maka akan dipersilakan masuklah ke surga dari pintu mana saja kamu suka. (HR. Ahmad).

Diriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwasanya Asma datang kepada Nabi dan berkata : Sesungguhnya aku adalah utusan dari kaum wanita Muslim, semua mereka berkata dan berpendapat sebagaimana aku Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada laki-laki dan wanita, kami telah beriman kepadamu dan mengikutimu, (namun) kami kaum wanita merasa dibatasi dan dibelenggu. Padahal kamilah yang menunggu rumah mereka, tempat menyalurkan nafsu mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, sedang mereka dilebihkan dengan sholat berjamaah, menyaksikan jenazah dan berjihad di jalan Allah. Dan apabila mereka ke luar berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka dan kamilah yang memelihara anak-anak mereka, maka apakah kami tidak mendapatkan bagian pahala mereka wahai Rasulullah ?, maka berpalinglah Rasulullah kepada para sahabatnya dan bertanya : “apakah tadi kamu sudah mendengar pertanyaan sebaik itu dari seorang perempuan tentang agamanya ?” mereka menjawab : Ya, .... Demi Allah wahai Rasulullah, kemudian beliau bersabda : “Pergilah engkau wahai Asma dan beritahukanlah kepada wanita-wanita yang mengutusmu bahwa layanan baik salah seorang kamu kepada suaminya, meminta keridhoannya dan mentaai perintahnya menyamai (pahala) amalan laki-laki yang engkau sebutkan tadi. Maka Asma pun pergi sambil bertahlil dan bertakbir karena gem-biranya dengan apa yang diucapkan Rasulullah kepadanya”.

Ummu Salamah RA berkata, Rasulullah Saw bersabda : Tiap-tiap isteri yang mati diridhoi oleh suaminya, maka ia akan masuk surga. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Rasulullah bersabda : Andaikata aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada seseorang, maka sungguh akan kuperintahkan isteri bersujud kepada suaminya ... (HR Ahmad)

3. Menjaga Kehormatan, baik kehormatan diri dan kehormatan suaminya
Suatu ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam mengunjungi putranya Ismail, namun beliau tidak mejumpainya. Maka beliau tanyakan kepada istri putranya, wanita itu menjawab: “Dia keluar mencari nafkah untuk kami.” Kemudian Ibrahim bertanya lagi tentang kehidupan dan keadaan mereka. Wanita itu menjawab dengan mengeluh kepada Ibrahim: “Kami adalah manusia, kami dalam kesempitan dan kesulitan.” Ibrahim ‘Alaihis Salam berkata: “Jika datang suamimu, sampaikanlah salamku padanya dan katakanlah kepadanya agar ia mengganti daun pintunya.” Maka ketika Ismail datang, istrinya menceritakan apa yang terjadi. Mendengar hal itu, Ismail berkata: “Itu ayahku, dan ia memerintahkan aku untuk menceraikanmu. Kembalilah kepada keluargamu.” Maka Ismail menceraikan istrinya. (Riwayat Bukhari)

Simpanlah rahasia-rahasia suamimu, tutuplah aibnya dan jangan engkau tampakkan kecuali kepada orang yang berhak atau orang yang engkau harapkan nasehatnya.
Sebagimana yang dilakukan Hindun radliallahu ‘anha di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hindun berkata: “Abu Sufyan adalah pria yang kikir, ia tidak memberiku apa yang mencukupiku dan anak-anakku. Apakah boleh aku mengambil dari hartanya tanpa izinnya?!”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ambillah yang mencukupimu dan anakmu dengan cara yang ma`ruf.”

4. Wanita/istri yang selalu menggembirakan hati suaminya
Wanita/istri paling baik adalah wanita/istri yang apabila engkau memandangnya menggembirakanmu, apabila engkau menyuruhnya dia pun mentaati, dan apabila engkau pergi dia juga memelihara dirinya dan menjaga hartamu. (HR Abu Dawud. derajat hadits oleh al Hakim dinyatakan shahih).

Semoga para wanita/istri mampu memiliki karakter sebagai tersebut di atas sehingga layak untuk mendapatkan pahala yang telah dijanjikan Allah Swt. Mereka menjadi partner suami dalam perjuangan fisabilillah, dan menjadi pendamping setia dikala suka dan duka bersama suami yang dicintainya. Amien Ya Rabbal Alamin.

Semoga Allah paring manfaat dan barokah.

Kamis, 08 April 2010

Cerita cerita hikmah


Suatu ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam mengunjungi putranya Ismail, namun beliau tidak mejumpainya. Maka beliau tanyakan kepada istri putranya, wanita itu menjawab: “Dia keluar mencari nafkah untuk kami.” Kemudian Ibrahim bertanya lagi tentang kehidupan dan keadaan mereka. Wanita itu menjawab dengan mengeluh kepada Ibrahim: “Kami adalah manusia, kami dalam kesempitan dan kesulitan.” Ibrahim ‘Alaihis Salam berkata: “Jika datang suamimu, sampaikanlah salamku padanya dan katakanlah kepadanya agar ia mengganti daun pintunya.” Maka ketika Ismail datang, istrinya menceritakan apa yang terjadi. Mendengar hal itu, Ismail berkata: “Itu ayahku, dan ia memerintahkan aku untuk menceraikanmu. Kembalilah kepada keluargamu.” Maka Ismail menceraikan istrinya. (Riwayat Bukhari)

Dalam cerita diatas bisa kita ambil hikmah bahwa :

1. Ibrahim ‘Alaihis Salam memandang bahwa wanita yang membuka rahasia suaminya dan mengeluhkan suaminya dengan kesialan, tidak pantas untuk menjadi istri Nabi maka beliau memerintahkan putranya untuk menceraikan istrinya.

Oleh karena itu simpanlah rahasia-rahasia suamimu, tutuplah aibnya dan jangan engkau tampakkan kecuali karena maslahat yang syar’i seperti mengadukan perbuatan dholim kepada Hakim atau Mufti (ahli fatwa) atau orang yang engkau harapkan nasehatnya. Sebagimana yang dilakukan Hindun radliallahu ‘anha di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hindun berkata: “Abu Sufyan adalah pria yang kikir, ia tidak memberiku apa yang mencukupiku dan anak-anakku. Apakah boleh aku mengambil dari hartanya tanpa izinnya?!”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ambillah yang mencukupimu dan anakmu dengan cara yang ma`ruf.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ مِنْ شَرِ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ أَحَدُهُمَا سِرُّ صَاحِبَهُ
“Sesungguhnya termasuk sejelek-jelek kedudukan manusia pada hari kiamat di sisi Allah adalah pria yang bersetubuh dengan istrinya dan istri yang bersetubuh dengan suaminya, kemudian salah seorang dari keduanya menyebarkan rahasia pasangannya"

Istri adalah tempat rahasia suami dan orang yang paling dekat dengannya serta paling tahu kekhususannya (yang paling pribadi dari diri suami). Menyebarkan rahasia merupakan sifat yang tercela untuk dilakukan oleh siapa pun apalagi oleh istri orang yang paling dekat dengan suami semestinya lebih tercela lagi.

2. Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah. Maka janganlah meniru para istri yang jika suaminya berbuat kebaikan padanya sepanjang masa (tahun), kemudian ia melihat sedikit kesalahan dari suaminya, ia berkata: “Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu…”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ اَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ يَا رَسُولَ اللهِ وَلَمْ ذَلِكَ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
“Wahai sekalian wanita bersedekahlah karena aku melihat mayoritas penduduk nereka adalah kalian.” Maka mereka (para wanita) berkata: “Ya Rasulullah kepada demikian?” Beliau menjawab: “Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri kebaikan suami.”

Mengkufuri kebikan suami adalah menentang keutamaan suami dan tidak menunaikan haknya.
Rasa syukur kepada suami dapat ditunjukkan dengan senyuman manis yang menimbulkan kesan di hati, hingga terasa ringan beban suami dalam pekerjaannya. Atau dengan ungkapkan kata-kata cinta yang memikat dan rayuan mesra yang dapat membuat cinta lama bersemi kembali (CLBK).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لا يَنْظُرُ اللهَ إِلَى امْرَأَةٍ لا تَشْكُرُ زَوْجَهَا وَهِيَ لا تَسْتَغْنِيَ عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada istri yang tidak tahu bersyukur kepada suaminya dan ia tidak merasa cukup darinya.”

Jika istri ingin hidup dalam hati suaminya maka sertailah dia dalam suka maupun duka. Ingatkah dengan seorang wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampai ia telah meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis kecintaan sang suami padanya dan panjangnya masa tidak dapat menghapus kenangan manis dihati suaminya. Bahkan ia terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Sang suami terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu kepada istri istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya. Suatu hari istri yang lain itu (yakni Aisyah radliallahu ‘anha) berkata:

مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ لِلنَّبِيِّ؟ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ هَلَكَتْ قَبْلَ أَنْ يَتَزَوَّجَنِي، لَمَّا كُنْتُ أَسْمَعُهُ يَذْكُرُهَا
“Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal ia meninggal sebelum beliau menikahiku, mana kala aku mendengar beliau selalu menyebutnya.”

Dalam riwayat lain:
مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ وَمَا رَأَيْتُهَا وَلَكِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا
“Aku tidak pernah cemburu kepada seorangpun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menyebutnya.”

Dialah Khadijah yang seorangpun tak akan lupa bagaimana ia mengokohkan hati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberi dorongan kepada beliau. Dan ia menyerahkan semua yang dimilikinya di bawah pengaturan beliau dalam rangka menyampaikan agama Allah kepada umat manusia seluruh alam.

Semoga cerita cerita hikmah ini bisa memberi manfaat dan barokah.

Wassalam'

Rabu, 10 Maret 2010

Keteladanan Nabi Daud dalam beribadah kepada Allah


Nabi Daud ’alihis-salaam merupakan seorang hamba Allah yang sangat rajin beribadah kepada Allah. Hal ini disebutkan langsung oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Nabi Daud ’alihis-salaam sangat rajin mendekatkan diri kepada Allah. Beliau sangat rajin memohon kepada Allah agar dirinya dicintai Allah. Beliau sangat mengutamakan cinta Allah lebih daripada mengutamakan dirinya sendiri, keluarganya sendiri dan air dingin yang bisa menghilangkan dahaga musafir dalam perjalanan terik di tengah padang pasir. Inilah penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai doa Nabi Daud tersebut:

Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Di antara doa Nabi Daud ’alihis-salaam ialah: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah cintaMu lebih kucintai daripada diriku dan keluargaku serta air dingin.” Dan bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud ’alihis-salaam beliau menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Allah.” (HR Tirmidzi 3412)

Setidaknya terdapat empat hal penting di dalam doa ini.
Pertama,
Nabi Daud ’alihis-Beliau sangat faham bahwa di dunia ini tidak ada cinta yang lebih patut diutamakan dan diharapkan manusia selain daripada cinta yang berasal dari Allah Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Apalah artinya seseorang hidup di dunia mendapat cinta manusia –bahkan seluruh manusia- bilamana Allah tidak mencintainya. Semua cinta yang datang dari segenap manusia itu menjadi sia-sia sebab tidak mendatangkan cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebaliknya, apalah yang perlu dikhawatirkan seseorang bila Allah mencintainya sementara manusia –bahkan seluruh manusia- membencinya. Semua kebencian manusia tersebut tidak bermakna sedikitpun karena dirinya memperoleh cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Sebab itulah Nabi Daud ’alihis-salaam tidak menyebutkan dalam awal doanya harapan akan cinta manusia. Beliau mendahulukan cinta Allah di atas segala-galanya. Beliau sangat menyadari bahwa bila Allah telah mencntai dirinya, maka mudah saja bagi Allah untuk menanamkan cinta ke dalam hati manusia terhadap Nabi Daud ’alihis-salaam. Tetapi bila Allah sudah mebenci dirinya apalah gunanya cinta manusia terhadap dirinya. Sebab cinta manusia terhadap dirinya tidak bisa menjamin datangnya cinta Allah kepada Nabi Daud ’alihis-salaam.

Dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam beliau bersabda: “Bila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah berseru kepada Jibril: “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Jibrilpun mencintainya. Kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit: ”Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka kalian cintailah dia.” Penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah cinta penghuni bumi kepadanya.” (HR Bukhary 5580)

Kedua,
Sesudah mengharapkan cinta Allah lalu Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah kasih-sayang dari orang-orang yang mencintai Allah, sebab orang-orang tersebut tentunya adalah orang-orang beriman sejati yang sangat pantas diharapkan cintanya.
Hal ini sangat berkaitan dengan Al-Wala’ dan Al-Bara’(loyalitas dan berlepas diri). Yang dimaksud dengan Al-Wala’ ialah memelihara loyalitas kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman. Sedangkan yang dimaksud dengan Al-Bara’ ialah berlepas diri dari kaum kuffar dan munafiqin. Karena loyalitas mu’min hendaknya kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman, maka Nabi Daud ’alihis-salaam berdoa agar dirinya dipertemukan dan dipersatukan dengan kalangan sesama orang-orang beriman yang mencintai Allah. Dan ia sangat meyakini akan hal ini.

Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallambersada: “Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.” (HR muslim 4773)

Ketiga,
Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan cinta Allah. Setelah memohon cinta Allah kemudian cinta para pecinta Allah, selanjutnya Nabi Daud’alihis-salaam memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan dan amal kebaikan yang mendatangkan cinta Allah. Ia sangat khawatir bila melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah. Beliau sangat khawatir bila berbuat dengan hanya mengandalkan perasaan bahwa Allah pasti mencintainya bila niat sudah baik padahal kualitas dan pelaksanaan ’amalnya bermasalah. Maka Nabi Daud ’alihis-salaam sangat memperhatikan apa saja perkara yang bisa mendatangkan cinta Allah pada dirnya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah mencintai Ash-Shobirin (orang-orang yang sabar). Siapakah yang dimaksud dengan Ash-Shobirin? Apa sifat dan perbuatan mereka sehingga menjadi dicintai Allah?

”Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran ayat 146)

Keempat,
Nabi Daud ’alihis-salaam kembali menegaskan betapa beliau sangat peduli dan mengutamakan cinta Allah. Sehingga beliau sampai memohon kepada Allah agar cinta Allah yang ia dambakan itu jangan sampai kalah penting bagi dirinya daripada cinta dirinya terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarganya sendiri dan terhadap air dingin.

Mengapa di dalam doanya Nabi Daud ’alihis-salaam perlu mengkontraskan cinta Allah dengan cinta dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin? Sebab kebanyakan orang bilamana harus memilih antara mengorbankan diri dan keluarga dengan mengorbankan prinsip hidup pada umumnya lebih rela mengorbankan prinsip hidupnya. Yang penting jangan sampai diri dan keluarga terkorbankan. Kenapa air dingin? Karena air dingin merupakan representasi kenikmatan dunia yang indah dan menggoda. Pada umumnya orang rela mengorbankan prinsip hidupnya asal jangan mengorbankan kelezatan duniawi yang telah dimilikinya.

Jadi bagian terakhir doa Nabi Daud ’alihis-salaammengandung pesan pengorbanan. Ia rela mengorbankan segalanya, termasuk dirinya sendiri, keluarganya sendiri maupun kesenangan duniawinya asal jangan sampai ia mengorbankan cinta Allah. Ia amat mendambakan cinta Allah.

Nabi Daud ’alihis-salaam sangat faham maksud Allah di dalam Al-Qur’an:
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS At-Taubah ayat 24)

Senin, 08 Maret 2010

EMPATI By: Andy F Noya



EMPATI
By: Andy F Noya

Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji di kawasan Bintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas.
Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak.

Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan.

Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari.
Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada.
Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya terlalu asyik menyantap makanan.

Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat, pemandangan tersebut menjadi istimewa.

Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan.

Sungguh pemandangan yang menjijikan. Tulang-tulang ayam berserakan di atas meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa dijadikan tempat sampah.
Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja juga kotor oleh tumpahan remah-remah. Mungkin rombongan itu membawa anak-anak.

Meja tersebut bagaikan ladang pembantaian. Tulang belulang berserakan.
Saya tidak habis pikir bagaimana mereka begitu tega meninggalkan sampah berserakan seperti itu. Tak terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa makanan yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh seseorang, walau dia seorang pelayan sekalipun.

Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk membuang sendiri sisa makanan jika bersantap di restoran semacam itu. Saya juga meminta anak-anak melakukan hal yang sama. Awalnya tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya. Tetapi perbuatan saya itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman. Saya dibilang sok kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah ke luar negeri. Sebab di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah jamak pelanggan membuang sendiri sisa makanan ke tong sampah. Pelayan terbatas karena tenaga kerja mahal.

Sebenarnya tidak terlalu sulit membersihkan sisa-sisa makanan kita.
Tinggal meringkas lalu membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa menit.
Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang melakukannya, artinya akan besar sekali bagi para pelayan restoran.

Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan kecil yang punya arti besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak anaknya untuk membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di kompleks rumah mereka.
Karena setiap hari warga kompleks melihat sang bapak dan anaknya membersihkan sampah di situ, lama-lama mereka malu hati untuk membuang sampah di situ.

Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk mengikuti jejak sang bapak itu dan ujung-ujungnya lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat.
Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak tersebut. Tidak ada slogan, umbul-umbul, apalagi spanduk atau baliho. Dia hanya memberikan keteladanan.
Keteladanan kecil yang berdampak besar.

Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan senyum. Jika saja setiap orang memberi senyum kepada paling sedikit satu orang yang dijumpainya hari itu, maka dampaknya akan luar biasa. Orang yang mendapat senyum akan merasa bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain yang dijumpainya.
Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas kepada banyak orang. Padahal asal mulanya hanya dari satu orang yang tersenyum.

Terilhami oleh sebuah cerita di sebuah buku "Chicken Soup", saya kerap membayar karcis tol bagi mobil di belakang saya. Tidak perduli siapa di belakang. Sebab dari cerita di buku itu, orang di belakang saya pasti akan merasa mendapat kejutan. Kejutan yang menyenangkan. Jika hari itu dia bahagia, maka harinya yang indah akan membuat dia menyebarkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang yang dia temui hari itu. Saya berharap virus itu dapat menyebar ke banyak orang.

Bayangkan jika Anda memberi pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap hari. Pujian itu akan memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa bahagia dan menularkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.

Anak saya yang di SD selalu mengingatkan jika saya lupa mengucapkan kata "terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan karcis dan uang kembalian.
Menurut dia, kata "terima kasih" merupakan "magic words" yang akan membuat orang lain senang. Begitu juga kata "tolong" ketika kita meminta bantuan orang lain, misalnya pembantu rumah tangga kita.

Dulu saya sering marah jika ada angkutan umum, misalnya bus, mikrolet, bajaj, atau angkot seenaknya menyerobot mobil saya. Sampai suatu hari istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada mereka. Para supir kendaraan umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran. "Sementara kamu kan tidak mengejar setoran?'' Nasihat itu diperoleh istri saya dari sebuah tulisan almarhum Romo Mangunwijaya. Sejak saat itu, jika ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya, saya segera teringat nasihat istri tersebut.

Saya membayangkan, alangkah indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia. Alangkah menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain. Betapa bahagianya jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di restoran cepat saji, kita sudah meringankan pekerjaan pelayan restoran.

Begitu juga dengan tidak membuang karcis tol begitu saja setelah membayar, kita sudah meringankan beban petugas kebersihan. Dengan tidak membuang permen karet sembarangan, kita sudah menghindari orang dari perasaan kesal karena sepatu atau celananya lengket kena permen karet.

Kita sering mengaku bangsa yang berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di antara kita yang ketika berada di tempat-tempat publik, ketika membuka pintu, menahannya sebentar dan menoleh kebelakang untuk berjaga-jaga apakah ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi sering melihat orang yang membuka pintu lalu melepaskannya begitu saja tanpa perduli orang dibelakangnya terbentur oleh pintu tersebut.

Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan. Hal yang tidak memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang lain. Mulailah dari hal-hal kecil-kecil. Mulailah dari diri Anda lebih dulu. Mulailah sekarang juga.

Senin, 01 Maret 2010

Cinta butuh keadilan



Di saat ramainya orang berdemo menuntut keadilan, namun tidak satupun orang berdemo menuntut keadilan dalam CINTA, CINTA memang kadang tidak adiL.!!, atau manusianya yang sering tidak adil dalam menjaga dan membina sebuah CINTA. CINTA kita terhadap pada pasangan lebih besar daripada CINTA kita kepada yang memberi CINTA (Alloh SWT).

Ketika pasangan kita marah, kita mati-matian minta maaf padanya. Lalu bagaimana jika Alloh MARAH?? Apakah kita akan berdo’a seharian agar supaya Alloh memaafkan kita ? Bahkan kadang tidak dipedulikan, Alloh akan marah atau tidak. Astaghfirulloh..!!

Ketika pasangan kita memanggil untuk bertemu, dengan bergegas dan dengan senang hati kita akan datang. Tapi jika Alloh yang memanggil dengan seruan Adzan, kita seolah-olah tidak mendengar!! Minimal tidak mempedulikannya. Bahkan kadang malah sempat bernyanyi-nyanyi ketika kumandang Adzan masih bergema. Subhanalloh..!!

Ketika tengah malam kita terbangun, padahal tidak ada suara seruan (bangunlah.., sudah jam sekian.. ada bola tuh.., ada tugas tuh.., ada PR tuh.., ada kerjaan tuh.., dan lain-lain sebagainya), tapi kita bergegas bangun dan menuruti seruan semu itu. Tetapi ketika Allah meminta kita untuk bangun 1/3 malam bahkan untuk minta apa saja dan akan dikabulkan, kita lelap tidur mendengkur dan bermalas-malasan untuk bangun. Masya Alloh..!!

Ketika kita sedang bercengkrama dengan pasangan, apapun dan siapapun, kita betah berlama-lama menemaninya. Tapi ketika kita bercengkrama dengan Alloh (ibadah), bahkan kereta argo lawu pun kalah kilatnya. Masya Alloh ..!!

Inikah keadilan CINTA? Padahal sesungguhnya hanya Allohlah lah yang memberi segudang manfaat, kebaikan kepada kita, sedang mereka tidak sedikitpun bisa member manfaat yang abadi dan sejati. (QS:Yunus 106 – 107), tapi kita lebih mencintai mereka daripada mencintai Alloh.

Tidak bisakah kita berlaku adil? Karena CINTA juga butuh K.E.A.D.I.L.A.N..!!
Ya Alloh.., Kami telah berlaku tidak adil selama ini terhadap Engkau… maka yang kami harap dari-Mu adalah Ampunan dan Rahmat-Mu. agar kekurang adilan kami dalam membina CINTA kepadaMu selama ini dapat terampuni,
Amiin ya Robbal'alamin ..

Gindra

Selasa, 16 Februari 2010

LDII LAKUKAN KAJIAN SATU MINGGU HADITS BUKHORI



Bogor, 10 Februari 2010
Sebagai lembaga dakwah, kompetensi utama Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) adalah melakukan dakwah bagi seluruh umat menuju terwujudnya Islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin. Untuk meningkatkan pemahaman dan pendalaman terhadap ilmu agama, LDII melakukan kegiatan kajian satu minggu hadits Buchori yang diadakan pada tanggal 09 – 16 Februari 2010 di Masjid Nurul Iman – Jl. Perdana Masjid, Budi Agung, Bogor. Kajian kali ini difokuskan pada hadits-hadits yang ada dalam Shohih Bukhori, Buku 1 – Juz 2. Kajian dilakukan setiap hari sejak ba’da Shubuh hingga pk. 22.00.
“Kajian Hadist Shohih Bukhori dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kefahaman khususnya bagi para pengurus DPD LDII Kota Bogor, PC dan PAC LDII se-Kota Bogor, para ulama dan warga LDII di Bogor, serta masyarakat umum lainnya tentang hadits-hadits yang merupakan salah satu pedoman ibadah umat Islam sedunia,” kata Ustadz Nuryono – sebagai Pengurus Bagian Dakwah, DPD LDII Kota Bogor. Lebih lanjut, Dr. Radjab Tampubolon menambahkan bahwa LDII menaruh perhatian yang sangat besar terhadap peningkatan ilmu agama bagi para pengurus dan warganya karena hanya dengan pemahaman ilmu agama yang baik maka amal ibadah umat Islam akan dapat meningkat. Kalau kita ingin memahami ilmu agama dengan baik maka tidak bisa tidak kecuali dengan melakukan pengkajian secara langsung terhadap sumber ilmunya, yaitu Al-Qur’an dan Al Hadits itu sendiri, tambah Radjab.
“Kajian Hadist Shohih Bukhori dilakukan dengan mengundang KH Ruziq Abdulloh – Eko Hadi, seorang ulama ahli hadits dari Kediri, Jawa Timur yang khusus didatangkan ke Bogor oleh Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) LDII Kota dan DPD LDII Kabupaten Bogor, serta mengundang 120 ustadz/ustadzah LDII, seluruh pengurus harian DPD LDII Kota dan Kabupaten, PC dan PAC LDII se-kota dan Kabupaten Bogor, serta warga LDII yang ingin meningkatkan ilmu agamanya,” ungkap Nuryono. Pengajian shohih Bukhori kali ini juga diikuti oleh ulama-ulama utusan dari daerah lain yang dating langsung ke Bogor atau diikuti secara on-line dari seluruh dunia melalui internet. LDII tidak ketinggalan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk membantu kegiatan dakwahnya, tambah Nuryono.
Mengingatkan kepada peserta, KH Ruziq Abdulloh menyatakan bahwa hadits-hadits Rosulalloh SAW perlu kita kaji karena fungsi hadits antara lain (1) menetapkan/memperkuat hukum yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an; (2) memberikan takhshish (khusus) terhadap hukum dalam Al-Qur’an yang bersifat ‘am (umum) dan men-taqyid hukum yang bersifat mutlak. Contoh takhshish, dalam Al-Qur’an diperintahkan untuk menjaga beberapa sholat dan sholat yang tengah. Di- takhshish dalam hadits maksudnya sholat yang tengah adalah sholat Ashar; Contoh taqyid, dalam Al-Qur’an bangkai hukumnya haram. Di-taqyid dalam hadits bahwa bangkai binatang laut halal; (3) memberi penjelasan hal-hal yang di Al-Qur’an belum dijelaskan, seperti bab muamalah; dan (4) hukum-hukum yang hanya ada dalam Al-Hadits dan tidak ada di dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, bagi umat Islam tidak cukup hanya memahami Al-Qur’an saja tetapi juga harus dilengkapi dengan mengerti isi dan makna yang terkandung dalam Al-Hadits sehingga kita dapat memahami agama Islam secara lengkap, demikian KH Ruziq Abdulloh menyampaikan.
Radjab juga menjelaskan bahwa penyelenggaraan kajian hadits-hadits Kutubus-sitah (6 kitab hadits rujukan) telah menjadi program rutin DPD LDII Kota Bogor yang dilakukan dua kali setiap tahun dan sudah berjalan di Bogor selama lebih dari 10 tahun. Dalam berbagai kesempatan sebelumnya, kajian hadits Kutubus-sitah yang dilakukan telah ikut disaksikan oleh Bapak Walikota Bogor saat ini, Bapak Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Bapak Kepala Kantor Departemen Agama Kota Bogor dan sejumlah ulama/Pengurus MUI di lingkungan Kecamatan Tanah Sareal, Bogor. Semoga dengan rutinnya dilakukan kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits, LDII dapat ikut membantu pembangunan SDM umat Islam yang mampu memahami agama Islam dengan lengkap dan handal dalam melakukan kegiatan dakwah nantinya, tambah Radjab.

http://ldiikotabogor.wordpress.com