Selasa, 11 November 2008

Didi Petet, Melontar Ibarat Sedang Maju ke Medan Perang


Hampir semua orang yang telah melaksanakan haji, selalu merasa rindu untuk kembali menginjakkan kakinya di tanah suci tersebut. Tak terkecuali Didi Widiatmoko atau yang lebih dikenal dengan Didi Petet. Salah satu aktor terkenal dan terbaik di Indonesia ini sudah sembilan kali menunaikan ibadah haji. Namun kerinduan untuk mendatangi Baitullah selalu saja menyambanginya.

Pria kelahiran Surabaya, 12 Juli 1956 ini pertamakali melaksanakan ibadah haji pada 1989. Setelah itu, hampir setiap tahun ia kembali ke tanah haram untuk berhaji dan belum termasuk ibadah umrah. Tahun 2002, Didi terakhir kalinya melaksanakan ibadah haji, namun tetap saja keinginan untuk berhaji lagi selalu muncul di hati kecilnya.

Saat pertamakali menunaikan ibadah haji pada 1989, adalah tahun pelaksanaan haji yang memilukan akibat peristiwa tragis yang dikenal dengan 'tragedi terowongan Mina'. Ketika itulah, ribuan jamaah haji termasuk cukup banyak jamaah haji Indonesia yang meninggal akibat terijak-injak oleh jamaah haji lain saat pelontaran jumrah dilakukan.

Namun beruntung bagi Didi, karena saat peristiwa tersebut terjadi, ia yang naik haji bersama istrinya Uce Sriasih, tidak berada di lokasi terowongan Mina. ''Saya malah tahu ada kejadian itu setelah membaca berita di koran. Alhamdulillah, saya dan keluarga cukup jauh dari lokasi tersebut saat peristiwa itu terjadi,'' ujar Didi kepada Republika.

Melontar jumrah, merupakan satu dari sekian rukun haji yang sangat berkesan bagi Didi. Meskipun sudah sembilan kali melaksanakan ibadah haji, tetap saja saat-saat melontar jumrah dirasakan Didi sebagai hal yang paling berat. Menurutnya, melontar ibarat sedang maju ke medan perang. ''Kita seperti sedang maju ke medan perang yang kita tidak tahu apakah akan selamat atau tidak,'' ujarnya.

Menurutnya, beratnya pelontaran jumrah dikarenakan saat itu, semua orang ingin melakukan kegiatan yang sama dan pada waktu yang sama. Karena kondisi dan waktu yang bertepatan, membuat semua orang menjadi sangat antusias bahkan cenderung berkeinginan sangat keras dalam melontar.

Selain itu, motivasi yang berbeda-beda dari tiap individu saat melontar terkadang membuat ritual tersebut menjadi bumerang. Tak jarang, batu yang dipakai melempar, terpantul kembali. Ataukah batu dari orang yang melontar, bukannya mengenai jamarat melainkan melayang hingga ke seberang hingga mengenai orang lain.

Kondisi tersebut sering kali terjadi, apalagi saat awal-awal Didi melaksanakan ibadah haji. Pasalnya, ketika itu, tugu jamarat bentuknya masih bulat, tidak seperti kondisi saat ini.

Namun Didi bersyukur, karena setelah beberapa kali menjalani ibadah haji, ia tak menemukan kesulitan dalam melontar. Meskipun ia menganggap, moment melontar selalu menjadi hal yang mendebarkan baginya. ''Saya selalu berdebar saat melontar. Makanya saya selalu minta supaya bisa tetap selamat. Dan alhamdulillah, kalau sudah selesai, saya kembali dan itu membuat lega karena bisa selamat,'' ujarnya.

Beberapa kali menunaikan ibadah haji, ayah dari enam putra ini mengurus sendiri rencana ibadahnya. Didi yang kebetulan memiliki kerabat di tanah suci, biasanya berangkat terlebih dahulu ke Arab Saudi menggunakan paspor hijau. Setelah di sana, barulah ia melanjutkan dengan mengurus untuk kebutuhan peribadatan. Setelah larangan penggunaan paspor hijau diberlakukan, barulah Didi berangkat haji langsung dari tanah air menggunakan ONH plus.

Terkait masalah penyelenggaraan haji dari tahun ke tahun, Didi menganggap apapun yang sedang terjadi saat penyelenggaraan haji, semuanya adalah cobaan. ''Cobaan saat berhaji itu memang besar dan tidak bisa diprediksi,'' ujarnya.

Karena itu, jika ada rekan-rekan atau kerabatnya yang ingin menunaikan ibadah haji, Didi selalu berpesan bahwa setiap tahun kondisinya pasti berbeda. Didi berpesan, bagi calon jamaah haji yang akan berangkat, selalulah bersiap-siap menerima kondisi apapun dan jangan membandingkannya dengan pelaksanaan ibadah haji yang telah lalu.

Salah satu contoh kecil, kata Didi, soal tempat parkir kendaraan. Menurutnya, bisa saja tahun sebelumnya kendaraan masih bisa parkir di depan hotel A, namun tahun ini sudah tidak bisa lagi. Hal itu karena peraturan, apalagi di Arab Saudi, menurutnya, sangat cepat perubahannya.

Karena itu, Didi tak ingin menganggap atau menilai penyelenggaraan haji yang tidak profesional seperti yang dikomplain banyak pihak selama ini. Menurutnya, mengurus sekian banyak orang memang bukan hal yang gampang, ditambah lagi keterkaitannya dengan peraturan yang diterapkan oleh pemerintah setempat.

Aktor yang lekat dengan karakter 'si kabayan' ini justru ingin mengingatkan jamaah haji tentang pentingnya bertaubat sebelum berangkat dan meluruskan niat berhaji. Selain itu, memang ada hal-hal yang tak boleh dilakukan, diantaranya menggunjingkan atau membicarakan orang lain. ''Kadang kala kita spontan, tidak sadar membicarakan orang dan ada ganjarannya,'' ujar Didi.

Didi bercerita, suatu ketika, selain dengan istrinya, ia berangkat haji bersama kakak iparnya. Saat berjalan, kakak iparnya itu selalu berjalan di belakang mereka dan jalannya sangat perlahan. Didi dan istrinya, tentu saja tak ingin meninggalkan sang kakak. Namun akibatnya, mereka berdua kerap merasa terhalang ataupun ikut lambat ke mana-mana.

Suatu ketika, Didi sedikit menggerutu menyampaikan kepada istrinya bahwa kakaknya berjalan terlalu pelan. Kalimat spontan yang meluncur dari mulutnya ternyata mendapat ganjaran. Esok harinya, Didi tiba-tiba tidak bisa berjalan. ''Badan saya pegal-pegal semua sampai tidak bisa berjalan,'' ujarnya.

Mengenang kejadian itu, Didi mengambil hikmah bahwa memang di tanah haram, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Menurutnya, meskipun sepele, lebih baik tidak mengomentarinya.

Selain itu, Didi juga menghimbau kepada siapa pun yang sudah punya niat untuk beribadah haji untuk segera melaksanakannya. Pelaksanaannya, sebisa mungkin dilaksanakan saat usia masih muda. Didi mengaku, dirinya kerap merasa kasihan melihat para orangtua yang menjalankan ibadah haji. '”Sebaiknya laksanakanlah ibadah haji selagi masih muda, dan memang sudah punya dana. Karena kalau sudah tua, kasihan. Ibadah haji sangat memerlukan fisik yang kuat karena banyak tempat yang harus dikunjungi dan itu membutuhkan kondisi yang fit,'' ujarnya. ina

Sumber Berita :
http://www.republika.co.id/koran/127/11995.html
Sumber Foto :
http://www.filmketikacintabertasbih.com/