Jumat, 28 Agustus 2009

Kisah Kedurhakaan Tsa’Labah



Siang itu Rasululloh sedang sholat berjamaah bersama para sahabat beliau, Diantara sederetan sahabat yang makmum di belakang Rasululloh, nampak seorang tengah baya yang kusut rambutnya dengan berpakaian lusuh, Ia dikenal sebagai seorang sahabat Rasululloh yang tekun beribadah. Setelah Rosululloh menyelesaikan sholat, sahabat berpakian lusuh itu segera beranjak pulang tanpa membaca wirid dan berdoa terlebih dahulu, Rasululloh menegurnya, “ Tsa’labah!,mengapa engkau tergesa-gesa pulang. Tidakkah engakau berdoa terlebih dahulu. Bukanlah tergesa-gesa keluar dari mesdjid adalah kebiasaan orang-orang munafik..” Tsa”labah. Menghentikan langkahnya, ia sangat malu ditegur oleh Rosululloh, tetapi apa mau dikata, terpaksa ia berterus terang kepada Rosululloh. “ Wahai Rosullloh, kami hanya memiliki sepasang pakaian untuk sholat dan saat ini istriku di rumah belum melaksanakannya sholat karena menunggu pakaian yang aku kenakan ini, Pakaian yang hanya sepasang ini kami pergunakan sholat secara bergantian. Kami sangat miskin, untuk itu, Wahai Rosululloh. Jika engkau berkenan, doakanlah kami agar Alloh menghilangkan semua kemiskinan kami ini dan memberi rezeki yang banyak.

Rosululloh tersenyum mendengar penuturan Tsa”labah, lalu beliau berkata,” Tsa”labah sahabatku, engkau dapat mensyukuri hartamu yang sedikit itu lebih baik dari pada engkau bergelimangkan harta tetapi engkau menjadi manusia yang kufur. Nasehat Rasululloh sedikit menghibur hati Tsa”labah, karena sesungguhnya yang ada dalam benaknya adalah dia sudah bosan menjalani hidup yang serba kekurangan, Satu-satunya cara agar cepat menjadi kaya adalah memohon doa kepada Rosululloh, karena Doa seorang utusan Alloh pasti didengar Alloh, itulah yang selalu menjadi angan-angan Tsa’labah, hingga keesokan harinya ia kembali menemui Rosulullloh, dan memohon agar beliau mau mendoakannya agar menjadi orang kaya. Rosululloh kembali menasehati, “ Wahai Tsa’Labah. Demi Dzat diriku diriku berada ditanganNya, seandainya aku memohon kepada Alloh agar Gunung Uhud menjadi emas, Alloh pasti mengabulkannya, tetapi apa yang terjadi jika gunung uhud benar-benar menjadi emas, masdjid-masdjid akan sepi!. Semua orang akan sibuk memupuk kekayaan dari gunung itu, aku khawatir jika engkau menjadi orang kaya engkau akan lupa beribadah kepada Alloh.

Tsa”labah terdiam mendengar nasehat Rosululloh namun dalam hatinya berkecamuk. “Aku mengerti Rosulullloh tidak mau mendo’akan karena beliau sayang kepadaku, beliau khawatir jika aku menjadi orang kaya aku akan menjadi golongan orang-orang yang khufur, tetapi aku tidak seburuk itu, justru dengan kekayaan yang aku miliki aku akan membela agama ini dengan hartaku. Akhirnya Tsa’labah pulang, ia merasa malu apabila terus memaksa Rosululloh agar mau mendo’akannya, namun keesokan harinya ia tidak kuasa menahan dorongan hatinya untuk segera terbebas dari belenggu kemiskinan yang kian menghimpitnya, Ditemuinya Rosulullloh, ya memohon untuk yang ketiga kalinya aga Rosulullloh mau mendo’akan. Kali ini Rosululloh tidak bisa menolak keinginan Tsa’Labah, beliau menengadahkan tangan kelangit. Ya…ALLAH…limpahkanlah rejekiMU kepada Tsa’Labah”. Kemudian Rosululloh memberikan kambing betina yang sedang bunting kepada Tsa’Labah, ”Peliharalah kambing ini baik-baik….pesan Rasulullloh. Tsa’Labah pulang membawa kambing pemberian Rasulullloh dengan hati yang berbunga-bunga” Dengan modal kambing serta Do’a Rasululloh aku yakin aku akan menjadi orang yang kaya raya.

Hari-berganti hari, bulan berganti bulan Tsa’Labah yang dulu miskin dan lusuh telah berubah menjadi orang yang kaya yang terpandang, Kambingnya berjumlah ribuan, disetiap lembah dan bukit terdapat kambingnya Tsa’Labah. Pagi itu Tsa’Labah berjalan-jalan meninjau kandang-kandang kambing yang sudah tidak sesuai dengan jumlah kambing yang terus berkembang biak. “Hmmm. Aku harus pindah dari sini mencari lahan yang lebih luas untuk menampung kambing-kambingku. Akhirnya Tsa’Labah menemui lahan yang luas dipiggir Madinah. Disana ia membangun kandang-kandang baru yang lebih besar, Namun demikian perkembangan kambing-kambing Tsa’Labah bagaikan air bah yang sulit di bendung, kadang-kadang yang baru dibangun itu sudah penuh sesak oleh ribuan kambing, Dengan demikian Tsa’Labah setiap hari disibukkan terus dengn harta kekayaannnya, Ia yang dulu setiap Sholat lima waktu selalu berjamaah di masdjid sekarang datang kemasdjid hanya pada waktu sholat dhuhur dan ashar saja.

Kini kandang kambing yang baru dibangun Tsa’Labah di pinggin Madinah sudah tidak lagi memenuhi syarat, maka ia memutuskan untuk mencari area yang lebih luas lagi, tsa’Labah sudah tidak memikirkan lagi bagai mana ibadahnya bila jauh dari Madinah. Kepalanya sudah dipenuhi dengan hubbudhunya, sehingga ia datang kemasdjid hanya satu kali dalam satu minggu pada sholat Jum’at. Dengan demikian derasnya harta yang mengalir dirumah tsa’labah kini ia lebih senang tinggal dirumah dari pada jauh-jauh datang kemesdjid, bahkan sholat jum’at pun ia sudah takdatang lagi ke masdjid. Sampai Rosulullloh bertanya” Wahai sahabatku. sudah sekian lama Tsa’Labah tidak keliahatan di masdjid…taukan kalian kemana dan bagaimana keadaannya sekarang. “Wahai Rosulullloh. Tsa’ Labah sudah menjadi orang kaya. Lembah-lembah di Madinah maupun di luar Madinah telah penuh sesak dengan kambing-kambingnya Tsa’Labah.” “ Benarkah.. mengapa ia tidak pernah menyerahkan Shodakahnya sedikitpun?”.

Setelah Alloh menurunkan ayat tentang kewajipan Zakat. Rosulullloh mengutus dua orang sahabat untuk menjadi amil zakat, seluruh umat islam di Madinah yang hartanya dipandang sudah Nisob zakat didatangi, tak terkecuali Ts’Labah pun menjadi giliran. Kedua utusan Rosulullloh membacakan ayat zakat dihadapat Tsa’Labah. Kemudian setelah dihitung dari seluruh harta kekayaannya ternyata memang banyak harta Tsa’Labah yang harus diserahkan sebagai zakat. Tak disangka Tsa’Labah mukanya berubah merah, ia berang. “Apa-apaan ini. Kalian mengatakan ini zakat tetapi menurutku ini lebih tepat disebut upeti!. Pajak!. Sejak kapan Rosulullloh menarik upeti Hah.!? Aku bisa rugi” ucap Tsa’Labah. “Kalian pulang saja aku tidak mau menyerahkan hartaku ..!”

Kedua utusan Rosulullloh kembali menghadap Rosulullloh dan menceritakan semua perbuatan Tsa’Labah, beliau bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang dulu tekun beribadah ketika miskin namun setelah kaya ia telah terpengaruh dengan harta kekayaannya. “Sunggu celaka Tsa’Labah.. Celakalah ia..” Kemudian Allah menurunkan ayat 75 dalam surat At-Taubah tantang ciri-ciri orang MUNAFIK. Ayat ini segera menyebar keseluruh muslimin di Madinah sehingga ada salah seorang sahabat Tsa’Labah yang datang memberi tahunya. Celakalah engkau Tsa’Labah, Allah telah menurunkan ayat karena tingkah perbuatanmu. Tsa’labah tertegun, ia baru sadar bahwa nafsu angkara murka telah lama memperbudaknya. Kini ia bergegas menghadap Rosulullloh dengan membawa zakat dari seluruh hartanya, Namun Rosulullloh tidak berkata apa-apa kecuali hanya sepatah kata, Sebab kedurhakaanmu Allloh melarangku untuk menerima zakatmu.

Rosulullloh mengambil segenggam tanah lalu dutaburkan ditas kepala Tsa’Labah, “inilah perumpamaan amalanmu selama ini. sia- sia belaka. Aku telah perintahkan agar engkau menyerahkan zakat tetapi engkau menolak, celakalah engkau Tsa’ Labah”. Tsa’Labah kembali kerumahnya, dengan penyesalan yang tanpa batas dan tiada arti. Sampai suatu hari terdengar kabar Rosulullloh telah wafat, ia semkin bersedih karena taubatnya tidak diterima oleh Rosulullloh hingga beliau wafat. Tsa’Labah mencoba mendatangi Khalifah Abu Bakar sebagai pengganti Rosulullloh, ia datang membawa zakat. Abu Bakar hanya berkata “Rasulollloh saja tidak mau menerima zakatmu, bagaimana mungkin aku dapat menerima zakatmu.!”

Demikian pula dizaman kekholifahaan umar bin Khatab, Tsa’labah mencoba menyerahkan zakat, umarpun tidak mau menerima sebagai mana Rosulullloh dan Abu bakar tidak mau menerima zakatnya, Bahkan sampai kholifah usman bin Affan juga tidak mau menerima zakat Tsa’labah karena Rosulullloh, Abu Bakar dan Umar tidak mau menerima zakatnya.

Demikianlah kehidupan yang “hina” dan penuh dengan kemurkaan ALLOH telah menimpa seorang sahabat Rosulullloh yang telah tenggelam di dalam gelimang harta hingga menyeretnya ke lembah kemunafikan, Ia telah melalaikan kewajibannya. Ia telah mengingkari janji-janjinya, Ia telah melecehkan kemuliaan ALLOH dan Rosulnya sehingga membuahkan penderitaan yang kekal abadi didalam neraka. Nauszubillahi min dzalik..

Jumat, 21 Agustus 2009

Kenapa harus membaca alquran walau tak tahu artinya ?



Kenapa harus membaca Al Quran walau tak tahu artinya ....?

Ini adalah sebuat cerita penuh hikmah. Seorang Kakek Muslim Amerika hidup di sebuah pertanian di pegunungan bagian timur Kentucky dengan cucu laki2nya. Setiap shubuh sang Kakek selalu bangun awal, duduk di meja dapurnya membaca Al-Quran. Cucunya selalu ingin seperti kakeknya,
dan meniru perbuatan kakenya tersebut sebisanya..

Suatu hari sang cucu bertanya, "kek, aku mencoba membaca Al-Quran seperti kakek, tapi aku tidak mengerti, kalaupun ada yang aku mengerti aku langsung lupa begitu aku menutup Al-Quran. Apa sih manfaat membaca Al-Quran?"

Sang kakek pun berbalik perlahan, menghentikan kerjanya memasukkan batu bara ke tungku dan menjawab. "Ambillah keranjang batu bara ini, dan pergilah ke sungai dan bawakan aku sekeranjang air" Sang cucu melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, tapi semua air tumpah
sebelum ia berhasil kembali ke rumah. sang kakek tersenyum dan berkata "kamu harus bergerak lebih cepat mengangkut airnya" dan menyuruh sang cucu tuk kembali ke sungai mengambil air. Sang cucu pun berusaha lari dengan cepat ketika mengantar air, namun tetap saja airnya tumpah.
Sambil kehabisan nafas, ia pun berkata kepada kakeknya bahwa tidak mungkin mengangkut air dengan keranjang, lalu sang cucu berjalan tuk mengambil ember sebagai ganti keranjang.

Sang kakek berkata, "aku menginginkan sekeranjang air, bukan seember air. kau kurang bekerja keras tuk mengambilnya" , dan si kakek pergi ke pintu tuk melihat si cucu berusaha lagi.

Ketika itu, sang cucu sudah tahu bahwa perbuatannya tidak ada manfaatnya, tapi dia ingin menunjukkan kakeknya bahwa secepat apapun dia lari, air dari keranjang akan tetap tumpah. Dia mengambil air di sungai, lalu berlari cepat ke kakeknya, namun air tetap tumpah sebelum ia sampai ke tempat kakeknya. Maka ia pun berkata, "lilhat kek, gak da manfaatnya kan!"

"jadi kamu berpikir perbuatanmu tidak ada manfaatnya?" , sang kakek berkata, "lihatlah keranjangnya"

sang cucu melihat ke keranjangnya dan untuk pertama kalinya ia sadar bahwa keranjangnya telah berubah. Keranjangnya telah berubah dari keranjang batu bara yang kotor menjadi keranjang yang bersih, luar dalam.

"Cu, itu yang terjadi ketika kau membaca Al-Quran. Kamu mungkin tidak mengerti atau mengingat apa pun, tapi ketika kamu membacanya, kamu akan berubah, luar dalam. Dan itu adalah kuasa Allah atas diri kita".

Didalam bulan Romadhon sempatkanlah waktu untuk mengkhatamkan Al-qur'an betapapun sibuknya.

Semoga Allah paring aman, selamat, lancar dan barokah.

MENGAPA BISA TERJADI PERBEDAAN AWAL PUASA ANTARA JAKARTA DAN MEKAH ?


MENGAPA BISA TERJADI PERBEDAAN AWAL PUASA
ANTARA JAKARTA DAN MEKAH ?
(Penjelasan Secara Orang Awam)


1. Berdasarkan dalil, perhitungan puasa adalah dengan rukyat (melihat bulan). Pada saat akan memasuki bulan Ramadhan, kalau pada saat matahari terbenam sudah terlihat bulan baru (new moon, hilal) di ufuk barat, maka besoknya kita puasa.
Kalau hilal belum kelihatan, besoknya kita belum puasa.

2. Perbedaan awal waktu puasa antara Jakarta dan Mekah bisa terjadi karena perhitungan puasa menggunakan kombinasi sistem Qomariyah dan sistem Syamsiyah. Mulai puasa (tanggal 1 Ramadhan) dengan dasar melihat pergerakan bulan (sistem Qomariyah) tetapi waktu (jam) puasa dengan dasar melihat pergerakan matahari (sistem Syamsiyah).

3. Seperti kita amati bersama, bulan baru / new moon / hilal terbit di ufuk barat pada saat matahari baru terbenam. Semakin hari, bulan akan tampak semakin tinggi di langit.
Dengan kata lain, bulan terlihat bergerak dari barat ke timur, sehingga kira-kira 14 hari setelah hilal, bulan purnama akan terbit di ufuk timur pada saat matahari terbenam.

4. Periode rata-rata dari hilal ke hilal berikutnya adalah 29,530588 hari.

5. Yang kita lihat, bulan menempuh 360o langit dalam 29,530588 x 24 jam = 708,73411 jam.

6. Berarti dalam satu jam, bulan terlihat naik (bergerak dari barat ke timur) sebesar 360o / 708,73411 = 0,507948o.

7. Beda waktu antara Jakarta dan Mekah adalah 4 jam (Time zone Jakarta adalah GMT + 7,00 sedangkan Mekah GMT + 3,00).

8. Kalau mau contoh agak persis mah, contoh perhitungannya begini:
Posisi kantor saya di Jakarta: 06o 14,376’ S – 106o 47,730’ E atau 6,240o S – 106,796o E. Posisi Ka’bah: 21o 25,355’ N – 39o 49,570’ E atau 21,423o N – 39,826o E.
Beda derajat bujur adalah 106,796o – 39,826o = 66,970o.
Matahari menempuh 360 derajat bujur keliling bumi dalam 24 jam.
Maka beda 66,970 derajat akan memunculkan beda waktu sebesar (66,970 / 360) x 24 jam = 4,465 jam.
Sebagai perbandingan, bisa dilihat jadwal waktu sholat Magrib di www.islamicfinder.com pada tanggal 05 Januari 2007. Di Jakarta, Magrib jam 11:12 GMT, di Mekah 14:53 GMT.
Ada beda waktu 3 jam 41 menit atau 3,683 jam.
Supaya tidak tambah ruwet, karena ini perhitungan cara awam, kita ambil saja beda waktu 4 jam.

9. Dalam 4 jam, bulan akan terlihat naik setinggi 4 x 0,5079478o = 2,031792o.

10. Secara astronomi, berhubung adanya interaksi dengan atmosphere bumi, hilal baru akan nampak bila posisinya (perhitungan matematik) sudah 2o di atas horizon / cakrawala. Bila posisinya kurang dari 2o, maka hilal belum nampak, sekalipun memakai teropong bintang (ini kata Pak Bambang Hidayat dari jurusan Astronomi ITB, yang juga sebagai Kepala Observatorium Boscha, Lembang).

11. Katakanlah pada suatu hari (umpamanya hari Kamis), pada saat matahari terbenam di Jakarta, hilal berada di posisi kurang dari 2o di atas horizon.
Untuk contoh, kita ambil posisinya persis di horizon (posisi 0o di atas horizon).
Berarti di Jakarta belum tampak hilal pada hari Kamis itu.

12. Berdasarkan dalil, orang di Jakarta belum puasa pada keesokan harinya (hari Jum’at).

13. Empat jam kemudian (hari Kamis itu juga), di Mekah matahari terbenam.

14. Selama 4 jam itu, bulan sudah naik sebanyak 2,031792o.

15. Maka pada saat matahari terbenam di Mekah, posisi hilal adalah 0o + 2,031792o = 2,031792o di atas horizon. Karena sudah di atas 2o, berarti saat itu di Mekah hilal sudah tampak!.

16. Berdasarkan dalil, besoknya (hari Jum’at), orang di Mekah sudah mulai puasa sedang di Indonesia belum!

17. Pada saat matahari terbenam di Jakarta hari Jum’at, atau 24 jam kemudian, posisi hilal di Jakarta adalah 24 x 0,507948o = 12,190752o. Maka berdasar dalil, orang di Jakarta baru akan puasa pada hari Sabtu.

18. Orang Mekah mulai puasa hari Jum’at, dan orang Jakarta mulai puasa hari Sabtu, kedua-duanya benar berdasarkan dalil.

19. KESIMPULAN: Sangat mungkin terjadi perbedaan awal waktu puasa antara Jakarta dengan Mekah!
Juga antara tempat-tempat lain yang berbeda kordinat, misalnya Medinah dan Syam.


CATATAN:

1. Berhubung ini hitungan awam yang tidak memerlukan ketelitian tinggi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi hasil perhitungan waktu seperti garis lintang, earth axis inclination, earth axis precession, bidang ekliptika lintasan bulan, dan sebagainya, tidak disertakan karena besarannya tidak dominan.

2. Penjelasan di atas tidak hanya berlaku untuk perbedaan awal puasa Ramadhan saja, tetapi bisa berlaku untuk puasa yang lain, semisal puasa Arofah. Atau event kalender Qomariyah yang lain seperti wukuf, dan sebagainya.

SUMBER BACAAN:

1. Almanak Nautika, Tahun 1989.
2. Mark’s Standard Handbook for Mechanical Engineers, 5th Edition: ”The Tide: Effects of the Moon’s Gravitational Pull on the Earth”.
3. Situs Islamic Finder, www.islamicfinder.com.

PERALATAN:

Magellan GPS Receiver Type Explorist 100.



Jakarta, 05 Januari 2007.
Bambang Eko



Senin, 10 Agustus 2009

LDII-Depkominfo akan adakan Workshop Gerakan Internet Sehat & Pelatihan Citizen Journalism



LDII sebagai lembaga dakwah dalam melaksanakan visi dan misinya perlu memanfaatkan internet sebagai media dakwah dalam rangka meningkatkan peran dan fungsinya mengawal moral keagamaan dan utuhnya NKRI. Selain itu sebagai organisasi dakwah, LDII secara struktural memiliki 33 DPD provinsi, 353 DPD Kota/Kabupaten, 4500 PC dan PAC seluruh Indonesia memerlukan sistem informasi berbasis internet dalam usaha mengatur informasi.

Saat ini dari 6,5 Milyar penduduk dunia sudah tersambung dengan internet. Di Indonesia sudah ada 30 juta netter (pengguna internet secara intensif) dari 230 juta. Internet dapat diibaratkan sebagaimana pisau bermata dua. Kemajuan pesat dunia internet ini bisa berdampak positif tapi juga bisa berdampak negatif. Saat ini telah ada 100 juta web yang aktif dan 50 % di antaranya berisi info yang tidak pada tempatnya (sex, judi, kekerasan, dan lain-lain). Oleh karena itu perlu ada gerakan untuk mendorong pemanfaatan internet ke arah yg positif sekaligus dapat menghindari efek negatif dari internet itu sendiri. Maka dengan adanya Program GERAKAN INTERNET SEHAT dari pemerintah melalui DEPKOMINFO, kiranya harus didukung dan disebar luaskan kepada masyarakat, khususnya dalam lingkungan LDII. Adapun tujuan penyelenggaraan kegiatan ini adalah :
1.Terbangunnya kerjasama dalam kemitraan antara LDII dengan pemerintah (DEPKOMINFO RI) dalam persoalan strategis bangsa yaitu Pendayagunaan SISI POSITIF Internet
2.Terbangunnya Penyebarluasan informasi tentang LDII melalui Information & Communication Technology (ICT)
3.Optimalisasi pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi mulai ditingkat DPP, DPD Provinsi, Kabupaten/kota, PC dan PAC seluruh Indonesia
4.Terwujudnya kualitas SDM khususnya warga LDII dalam bidang ICT, dengan lingkup : infrastruktur, rancang bangun software, dan pengembangan konten yang produktif.

Workshop insyaAlloh akan diselenggarakan di :
Hari : Selasa s.d. Kamis
Tanggal : 11 s.d. 13 Agustus 2009
Tempat : Gedung Lokantara Budaya RRI Bandung
Jl. Diponegoro – Bandung
Direncanakan workshop ini akan dihadiri oleh Menkominfo RI : Prof DR Ir. Muh.Nuh,DEA, Ir. Cahyana Ahmadjayadi MH (Dirjen Aplikasi TELEMATIKA), DR.Onno W Purbo, Yusep Rismansyah, Ph.D., Luhur Hertanto (wartawan senior Detik.com) dll. Selengkapnya bisa dilihat di : http://ictldii.wordpress.com

Rabu, 05 Agustus 2009

Mbah Surip



Terus terang, saya baru mendapatkan kabar meninggalnya Mbah Surip jam 14.39, ketika saya berada di tengah belantara Geragai, Tanjung Jabung Timur. Kaget juga, istri kirim SMS; “Mbah Surip meninggal tadi pagi.” Apa pentingnya, pikir saya. Tapi saya penasaran juga, lalu saya balas, “Yang bener? Mati kenapa?” “Tadi pagi. Ki baru rame di TV. Kecapekan, jantung,” balas istri saya. Kemudian sesampai di kantor jam 17.00 lewat, baru saya update melalui internet. Ternyata benar, bahkan presiden pun ikutan berbela sungkawa atas meninggalnya Mbah Surip. Lebih kaget lagi, ternyata ada yang minta tanggapan mengenai hal ini. Kayaknya heboh banget gitu. Kematian adalah proses alamiah. Sesuatu yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Kematian seperti gugurnya dedaunan dari batang pohon. Jika datang masanya, jika datang waktunya, pasti terjadi. Tidak bisa ditunda dan dimajukan sedikit pun. Kematian adalah keniscayaan. Oleh karena itu, seorang guru kehidupan ketika ditanya mengenai rumus kehidupan, dengan singkat ia menjawab, “Kakek mati, kemudian bapak mati, kemudian anak mati.” Jawaban ini tentu membingungkan bagi orang yang bertanya, namun sang bijak tetap pada pendapatnya. “Inilah rumus kehidupan yang alamiah,” katanya lagi. “Mengapa demikian?” kata si penanya. “Tentu saja, karena kalau anak yang mati lebih dulu, orang tuanya akan sangat sedih dan kesedihan itu tidak akan hilang selama – lamanya. Sementara kalau orang tua yang lebih dulu meninggal, walau si anak juga akan merasa sedih, kesedihan itu akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu dan kesibukan.”

Kematian dimanapun berada selalu membawa cerita bagi yang hidup dan yang ditinggalkannya. Tapi sebaik-baik cerita yang patut kita dengar adalah petuah: Kafa bilmauti wa’idhon (rowahu at-Thabrani). Cukuplah mati sebagai sebuah nasihat. Seorang filsuf China I Ching, dalam rangka menyelami dan menemukan indahnya kehidupan ini, pernah mengatakan, “Peristiwanya sendiri tidak penting, tetapi makna dan pembelajaran dibalik peristiwa itulah yang sangat penting.” Nah, nasehat apa yang kita dapatkan dari meninggalnya Mbah Surip? Semua orang mungkin mendapatkan kesan dan nasehat yang berbeda dari hal atau peristiwa yang sama. Itu sah – sah saja, yang penting bermanfaat bagi kemajuan spiritual seorang hamba.

Mbah Surip adalah fenomena. Bagi pemerhati kehidupan, perjalanan hidup Mbah Surip adalah contoh yang indah dalam memahami roda kehidupan ini. Ada orang yang tenar, kaya dan hebat ketika masih bocah. Kita masih ingat penyanyi cilik Joshua, dengan Diobok – oboknya. Setelah menginjak remaja, Joshua seperti di telan bumi. Ada orang yang tenar, kaya dan hebat kala remaja. Ambil contohnya seperti Adi Bing Slamet atau Ira Maya Shopa. Kala sudah dewasa mereka tidak sepopuler kala masih remaja. Ada juga yang tenar, kaya dan hebat kala dewasa. Ini yang umum dan banyak contohnya. Maradona, Pele, M. Phelps, Ronaldo, dll. Maka dari itu kita mengenal istilah golden age atau usia emas. Umumnya di bidang olah raga. Ada juga orang yang mulai terkenal di usia 40-an. Ada kata pepatah life begins forty. Contohnya kayak Tukul Arwana atau Susan Boyle. Nah satu lagi, ada yang kaya dan terkenal ketika sudah menginjak usia senja. Dalam kasus ini seperti Pak Bendot juga Mbah Surip. Sudah tua baru laris – manis, terkenal dan kaya.

Ini adalah pembelajaran penting dalam kehidupan, dalam memahami arti qodar dan usaha. Dalam sebuah haditsnya Nabi SAW pernah bersabda kalau orang itu diqodar kaya, maka dia tidak akan mati sebelum menemukan qodarnya yaitu menjadi kaya. Dalam kasus Mbah Surip, menjelaskan kepada kita bahwa setiap diri tidak akan lepas dari qodar yang ditetapkan baginya. Manusia tidak bisa memilih kapan kayanya, tetapi manusia diberi jalan dengan cara berusaha. Ikhtiar, untuk menemukan catatan qodarnya. Berjuang menguak takdirnya. Beruntung bagi yang menemukan qodar kaya secara alamiah, ketika masih muda sudah kaya. Artinya masih banyak waktu dan kesempatan untuk memanfaatkan kekayaannya sebagai bekal dan tabungan ibadah.

Diriwayatkan dalam Musnad dan Sunan, dari Ibnu Dailami ia berkata: "Aku datang kepada Ubay bin Ka’ab, kemudian aku katakan kepadanya: ''Ada sesuatu keraguan dalam hatiku tentang masalah qadar, maka ceritakanlah kepadaku tentang suatu hadis, dengan harapan semoga Allah s.w.t. menghilangkan keraguan itu dari hatiku", maka ia berkata: "Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, Allah tidak akan menerimanya darimu, sebelum kamu beriman kepada qadar, dan kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan mengenai dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak mengenai dirimu pasti tidak akan menimpamu, dan jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, pasti kamu menjadi penghuni neraka. Kata Ibnu Dailami selanjutnya: "Lalu aku mendatangi Abdullah bin Mas''ud, Hudzaifah bin Yaman dan Zaid bin Tsabit, semuanya mengucapkan kepadaku hadis yang sama dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w. di atas." (HR. Al Hakim dan dinyatakan shoheh).

Berbeda ketika tua baru kaya, salah – salah belum sampai menikmati dan memanfaatkan kekayaannya, ajal sudah tiba. Inilah yang terjadi pada Mbah Surip. Royalty sebesar Rp 4,5 M misalnya, tak bisa digendong kemana – mana. Dia jadi harta yang diperebutkan oleh ahli warisnya. Diperebutkan oleh yang hidup. Maka Nabi SAW selalu mengingatkan, manakah harta yang paling kamu suka, hartamu atau harta ahli warismu? Sahabat semua menjawab, kalau mereka suka dengan harta mereka dan bukan harta ahli warisnya. Akan tetapi pada praktiknya manusia selalu memperbanyak harta ahli warisnya dan menyedikitkan kekayaan dirinya. Sebab banyak manusia yang masih enggan membelanjakan hartanya di jalan Allah dan bekal setelah mati. Manusia lebih suka menumpuk – numpuk harta. Padahal setelah mati ahli waris yang memperebutkan. Tak bisa digendong ke alam baka dan menolongnya.

Dari Ibnu Mas’ud r.a., dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa diantara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?” Mereka menjawab, ‘Ya, Rasulullah, tidak ada seorang pun dari kami kecuali dia lebih mencintai hartanya sendiri.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya hartanya adalah yang dia berikan (di jalan Allah) sedangkan harta ahli warisnya adalah apa yang dia tahan.” (Rowahu Bukhory dan Nasa’i)

Menutup tulisan ini, mungkin tepat apa yang disampaikan oleh Mbah Surip dalam akhir lagunya; Tak gendong ke mana – mana --- caaaapppeeeekkkk………….., gendong harta kemana – kemana. Makanya dia tinggalkan dan memilih tidur dan tidur untuk selama – lamanya, sehabis bangun yang terakhir kali. Jadi harta tak dibawa mati. Selamat jalan Mbah Surip. Semoga Allah menerima disisiNya sesuai amal perbuatannya.

Oleh :Faizunal Abdillah