"Dan inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah! dan jangan mengikuti jalan-jalan yang lain karena hanya akan memisahkanmu dari jalanKu yang benar"
Rabu, 29 April 2009
LALAT
Assalamu'alaikum wr. wb.
Lalat adalah hewan jenis serangga, yang dalam ilmu biologi lalat digolongkan pada subordo Cyclorrapha, ordo Diptera. Dalam bahasa Arab, lalat disebut "addzubab". Lalat termasuk binatang yang lincah. Selain bisa terbang dengan cepat, lalat mempunyai kepekaan yang sangat tinggi terhadap gerakan karena ia mempunyai mata majemuk yang terdiri dari 3000 lensa sehingga mampu melihat ke segala arah dan mampu mentransfer gerakan ke syaraf penglihatan dengan cepat, sehingga lalat sulit dipukul.
Umumnya orang memandang lalat sebagai binatang hina. Karena selain bentuknya kecil, lalat biasa hinggap di tempat kotor dan menjijikkan, misalnya sampah yang telah busuk, bangkai atau kotoran manusia karena di situlah lalat mendapatkan makanannya yang kaya akan gizi dan protein. Di situ pula lalat menyimpan telurnya yang kemudian berkembang menjadi belatung, kepompong dan akhirnya menjadi anak-anak lalat.
Disebabkan oleh tempatnya yang kotor itulah maka lalat dapat menyebarkan berbagai penyakit. Banyak kuman yang menempel pada lalat terutama pada bagian sayap ketika lalat hinggap di kotoran, dan kurang-lebih 125000 kuman dirontokkan ketika dia hinggap di tempat lain.
Beberapa jenis kuman penyakit yang bisa disebarkan oleh lalat di antaranya adalah disentri, typhus, myiasis, bartonellosis dan sebaginya. Bahkan baru-baru ini telah dilansir hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. drh. R. Wasito Msc, PhD dan istrinya Prof. drh. Hastari Wuryastuti Msc. PhD dari Fakultas kedokteran Hewan, Universitas Gajah Mada yang menyatakan, bahwa lalat dapat menyebarkan virus "flu burung" (H5NI).
Tetapi disamping membawa kuman-kuman penyakit, sesungguhnya lalat juga membawa zat penawarnya. Beberapa hadits yang menerangkan tentang itu adalah:
"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila seekor lalat masuk ke dalam minuman salah satu kamu sekalian, maka celupkanlah ia, kemudian angkat dan buanglah lalatnya, sebab pada salah satu sayapnya terdapat penyakit, pada sayap lainnya ada obatnya." (HR. Bukhori).
Dalam riwayat lain diterangkan:
"Sesungguhnya pada salah satu sayap lalat terdapat racun dan pada sayap lainnya obat. Apabila seekor lalat jatuh pada makanan maka celupkanlah, karena dia akan mendahulukan mengeluarkan racun dan mengakhirkan mengeluarkan obat." (HR. Ahmad)
Bagi sebagian orang, hadits ini cukup mengagetkan. Banyak diantaranya menolak kebenaran hadits ini. Tetapi bagi orang yang beriman, orang yang menganggap bahwa pernyataan Rasulullah saw adalah suatu kebenaran, maka tentunya hadits ini tidak menjadi masalah, bahkan lebih menguatkan keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya, karena mereka yakin bahwa yang disabdakan oleh Nabi saw semata-mata adalah wahyu dari Allah SWT:
"Wamaa yanthiqu 'anil hawa, inhuwa illa wahyuyyuuha." (QS. An Najm: 3 )
Artinya: "Dan tidaklah ia (Nabi Muhammad saw) berbicara menurut hawa nafsu, melainkan (dari)
wahyu yang telah diwahyukan kepadanya."
Dan kebenaran sabdanya pasti akan terbukti sekalipun melewati masa yang lama.
"Walata'lamunna nabaahu ba'da hiin." (QS. As Shood: 88)
Artinya: "Dan sungguh kamu akan mengetahui (kebenaran) ceritanya setelah (melewati) masa."
Sikap pengingkaran ini muncul dari kalangan orang-orang yang mengkultuskan akal mereka. Ironisnya diantara penyebar tasykik ( keragu-raguan) terhadap hadits ini adalah orang-orang yang dikenal kegigihannya membela Islam dari serangan orientalis dan kuffar. Beberapa nama diantaranya: Syaikh Muhammad Al-Ghozali, Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Al-Maraghi dan Dr.Yusuf Al-Qordhowi. Mereka berasumsi bahwa hadits ini bertentangan dengan realitas dan ilmu kedokteran sehingga mereka meng-illal matan hadits dan memalingkan makna zahirnya sekalipun hadits ini shahih.
Sesungguhnya hadits ini tidak diragukan lagi kesahihannya. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany menjelaskan dalam bukunya: "Al-Silsilah Al-Shohihah", bahwa hadits ini shahih. Hadits ini datang dari 3 orang sahabat nabi yang terkemuka, yaitu: Abu Hurairah, Abu Said Al-Khudzri dan Anas.
Dari Abu Hurairah yang haditsnya telah ditakhrij oleh Imam Bukhori, Imam Ahmad, Imam Ad-Darimi dan Ibnu Majah masing-masing dengan sanad yang shahih.
Abu Said Al khudzri haditsnya telah ditakhrij oleh: Ibnu Hibban dalam kitab "At Tsiqot", Abu Ya'la dalam kitab "Musnad"-nya, At Toyalisy dalam kitab "Musnad". Menurut Saikh Al Albany, hadits-hadits ini shahih, rijal-nya (perawinya) tsiqot (kredibel) dan masuk dalam katagori rijal-nya Syaikhoini (Bukhori dan Muslim).
Dan dari Anas haditsnya di-takhrij oleh Al Bazzar dengan rijalnya yang shahih, di-takhrij pula oleh At Tobaroni dalam "Al Ausath" dan "Majma'uz zawaid" dan ditakhrij pula oleh Ibnu Abi khoitsamah dalam "Tarikhul Kabir". Menurut Syaikh Al Albani kesemuanya diriwayatkan oleh para perawi yang shahih.
Untuk itu tidak ada alasan mengatakan hadits itu lemah. Adapun anggapan hadits ini bertentangan dengan realita itu hanya karena keterbatasan pengetahuan mereka di dalam memandang fenomena ini dan anggapan itu tidak sedikitpun mengurangi kesahihan "hadits lalat". Allah SWT telah berfirman:
"Wamaa uutitum minal 'ilmi illa qoliil." (QS. Al Isra':85)
Artinya: "Dan tidaklah apa yang diberikan kepadamu dari pengetahuan kecuali sedikit."
Secara ilmiah sesungguhnya "hadits lalat" ini tidak bertentangan dengan realita. Dengan pemikiran yang sederhana saja, "hadits lalat" ini mudah diterima, karena setiap mahluk yang membawa kuman penyakit maka dia akan membentuk antibodi dari dalam tubuh mereka sebagai penawar bagi penyakit yang dibawanya sehingga kuman itu tidak membahayakan bagi dirinya.
Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya dunia ilmu pengetahuan penelitian tentang lalat pun banyak dilakukan. Dan ternyata dunia kedokteran telah berhasil membuktikan keilmiahan sabda Nabi ini. Prof. Dr. Amin Ridho, Dosen "Penyakit Tulang" Fakultas Kedokteran Universitas Iskandariyah, Mesir menjelaskan bahwa dunia kedokteran pernah menggunakan lalat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit borok menahun dan paru (frambosia tropica). Ini terjadi pada tahun 1930-an sebelum ditemukan struktur kimia sulfa.
Penelitian lain pun telah dilakukan oleh Team Departemen Mikrobiologi Medis, Fakultas Sains, Universitas Qoshim Saudi Arabia. Team yang terdiri dari peneliti muda yaitu: Sami Ibrahim At Taili, Adil Abdurrahman Al Misnid, Khalid Dza'ar Al Ulaiby. Team ini melakukan penelitian tentang analisa mikrobiologi sayap lalat yang dibimbing oleh Dr. Jamil Hamid dan dikoordinasikan oleh Dr. Shalih Ash Shalih. Selanjutnya hasil penelitian mereka dipresentasikan dalam acara "Student Reseach Seminar" di Universitas Qoshim Saudi Arabia.
Methode yang mereka gunakan cukup sederhana, yaitu mengkultivasi air steril yang telah dicelupkan lalat ke media agar kemudian mengidentifikasikan mikroba yang tumbuh.
Lalat yang digunakan ada beberapa spesies, dan sample yang digunakan untuk setiap spesies terdiri dari dua sample, yaitu (1) sample air steril dimana lalat dimasukkan sedemikian rupa sehingga hanya bagian sayap lalat saja dan (2) sampel air steril yang dimasukkan lalat yang dicelup seluruh tubuhnya. Semua ini dilakukan secara aseptis (bebas mikroba) di ruangan khusus, untuk menghindari terjadinya kontaminasi luar yang akan membuat hasil penelitian menjadi bias.
Setelah itu, sample air tadi dikultivasi ke dalam media agar dan diinkubasi selama beberapa hari sehingga kultur (biakan) mikroba tumbuh dan tampak secara jelas. Hasil kultur mikroba tadi diidentifikasi untuk mengetahui jenis mikroba tersebut.
Spesies lalat A
Dua cawan yang berbeda (cawan 1 dan cawan 2) diberi sample kultur air yang diambil dari sebuah tabung yang berisi air steril.
Hasilnya, pada cawan 1: pada awalnya media tampak ditumbuhi oleh koloni patogen tipe Escherichia coli atau yang disingkat E. Coli. Bakteri ini terdapat di tinja dan merupakan penyebab penyakit diare dan muntaber. Namun pertumbuhan bakteri ini terhambat oleh mikroorganisme yang setelah diindentifikasi merupakan bakteri Actinomyces yang dapat memproduksi antibiotik. Bakteri ini biasanya menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak, yaitu actinomycetin dan actinomycin yang bersifat meliliskan bakteri dan bersifat antibakteri dan antifungi.
Pada cawan 2: Koloni patogen tipe E. Coli dapat tumbuh dengan sempurna tanpa penghambat.
Spesies lalat B
Cawan 1: Media tampak ditumbuhi koloni bakteri patogen corynobacyterium diphteriae, yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit, namun pertumbuhan bakteri terhambat oleh bakteri actinomyces.
Cawan 2: Bakteri corynobacterium diphteriae tumbuh dengan sempurna tanpa penghambat.
Spesie lalat C
Cawan 1: Media tampak ditumbuhi koloni bakteri patogen staphylococcus sp, yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit, namun pertumbuhannya terhambat oleh bakteri actinomyces.
Cawan 2: Bakteri staphylococcus sp tumbuh dengan sempurna tanpa penghambat.
Kesimpulan:
Masuknya lalat pada makanan dan minuman dengan dicelupkan dan tidak dicelupkan ternyata memberikan hasil yang berbeda secara signifikan. Hal ini membenarkan apa yang telah disabdakana Rasulullah saw, bahwa setiap lalat membawa penyakit dan sekaligus membawa penawarnya. Sayap kiri lalat membawa berbagai macam virus yang mematikan, sedangkan pada sayap kanan lalat terdapat penawarnya.
Subhanallah.
J. Irfan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar