Celana Laki laki: Di Atas Mata Kaki ?
Banyak sekali orang yang berdalih, bahwa memakai pakaian dibawah mata kaki ASALKAN TIDAK SOMBONG tidak apa-apa! Benarkah demikian?
DALIL-DALIL BAB PAKIANNYA LAKI-LAKI
BAB PAKIANNYA LAKI-LAKI:
1. (HR:Bukhori) “Dan bersabda siapa Nabi s.w.a :Makanlah dan minumlah dan berpakaianlah dan sodaqohlah pada selain berlebihan dan jangan sombong. Dan berkata Ibnu Abas: Makanlah apa-apa yang engkau kehendaki selagi tidak menyalahi engkau pada 2 perkara (1) Isrof (berlebihan) (2) atau sombong.”
2. (HR:Bukhori 5783) “Dari Ibni Umar r.a sesungguhnya Rosulalloh s.a.w bersabda: Tidak akan melihat siapa Alloh pada orang yang menyeret (melembrehkan) pakaiannya dengan sombong”.BAB MELEMBREHKAN PAKAIAN DARI SELAIN SOMBONG:
1. (HR:Bukhori 5784) “Nabi bersabda: Barangsiapa yang melemberhkan pakaiannya dengan sombong maka Alloh tidak memandang padanya dihari Qiyamat, Abu Bakar berkata: Wahai Rosulalloh sesungguhnya salah satu dua sisi pakaianku melembreh, kecuali jika mempersungguh aku (menaikkan/jw.ngunjukne) aku demikain itu pakaian, dari melembreh ? Bersabda Nabi: Tidak ada engkau (Abu Bakar) dari orang yang melakukan sombong”.
BAB APA-APA YANG LEBIH BAWAH DARI MATA KAKI MAKA DIA DIDALAM NERAKA:
1. (HR:Bukhori 5787) ” Dari Abi Huroiroh r.a. dari Nabi s.a.w, bersabda Nabi: Apa-apa yang lebih bawah dari mata kaki maka dia didalam neraka”.
BAB ORANG YANG MELEMBREHKAN PAKAIANNYA DARI SOMBONG.
1. (HR:Bukhori 5788) “Dari Abi Huroiroh sesungguhnya Rosululloh s.a.w bersabda: Alloh tidak melihat di hari Qiyamat pada orang yang melembrehkan pakaiannya dengan sombong”.
2. (HR:Bukhori 5791) “Rosul s.a.w bersabda: Barangsiapa yang menyeret (melembrehkan) pakaiannya dengan sombong maka Alloh tidak akan melihat padanya dihari qiyamat” aku (Su?bah) bertanya pada Uharibin: Apakah Abdillah bni Umar menuturkan tentang pakaian bawahnya? Muharibin menjawab: Tidaklah mengkhususkan pada pakaian bawah dan juga qomis”.
3. (HR:Bukhori 3573) “Dari Abih, dia berkata: Aku berkata kepada Abi Saidin, adakah engkau mendengar dari Nabi s.a.w tentang sesuatu didalam pakaian? Said menjawab: Ya. Aku (Said) mendengar dari Rosul s.a.w, beliau bersabda: Pakaian bawahnya orang iman itu sampai setengah betis, tidaklah dosa jika dia memakai antara 2 mata kaki, dan apa-apa (Pakaian bawah) yang lebih dari 2 mata kaki, dalam neraka; Nabi bersabda 3 kali, Alloh tidak melihat pada orang yang menyeret pada pakaian bawahnya karena sombong.
4. HR:Bukhori 3574) “Dari Mughiroh ibnu Syu?bah, berkata dia: Rosululloh bersabda: Ya Sufyan ibna Syahlin, janganlah kamu melembrehkan (pakaian) karena Alloh tidak senang kepada orang yang melembrehkan pakaian.”
BAB TEMPATNYA PAKAIAN BAWAH:
1. (HR:tirmidzi 1783) “Dari Hudaifah dia berkata: Nabi memegang pada pentholan kentolku atau betisnya Nabi sendiri, Nabi bersabda: Ini tempatnya pakaian bawah, maka jika kamu menolak, maka yang lebih bawah (lebih bawah dari kentol); maka jika kamu menolak maka tidak ada hak bagi pakaian bawah didalam 2 mata kaki (tidak boleh dibawah mata kaki). (Hadist Hasan Soheh).
BAB ORANG YANG MELEMBREHKAN PAKAIAN DARI SOMBONG
1. (HR:Ibnu Majjah 3569) Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rosululloh bersabda: Sesungguhnya orang-orang yang menyeret pakaiannya dari sombong, dia tidak dilihat oleh Alloh di hari kiamat.
2. (HR:Ibnu Majaah 3570) “Dari Abu Said berkata:Bersabda Rosululloh s.a.w: Barangsiapa yang menyeret pakaian bawahnya dari sombong, Alloh tidak melihat dia di hari qiamat”.
3. (HR:Ibnu Majaah 3571) “Dari Abi Salamah dari Abu Huroiroh, Abi Salamah berkata: Seorang pemuda qurais bersama Huroiroh, dia menyeret pada sebelah pakaiannya, maka Huroiroh berkata: Wahai anak laki-lakinya saudaraku, sesungguhnya aku mendengar dari Rosululloh s.a.w, beliau bersabda: Barangsiapa yang melembrehkan pakaiannya dari sombong, Alloh tidak melihat padanya dihari kiamat”.
BAB TEMPATNYA PAKAIAN BAWAH, DIMANA ITU?
1. (HR:Ibnu Majaah 3572)”Dari Hudaifah dia berkata, Rosul memegang pada bawahnya pentol betisku atau betisnya Nabi, Nabi bersabda: Ini adalah tempatnya pakaian bawah, maka jika kamu menolak, maka yang lebih bawahnya, maka jika kamu menolak, maka lebih bawahnya lagi, maka tidak ada hak bagi pakaian bawah didalam 2 mata kaki (menutupi mata kaki).
BAB TEMPATNYA PAKAIAN BAWAH:
1. (HR:Nasai 5344) “Dari Hudaifah dia berkata, bersabda Rosul s.a.w: Letaknya pakaian bawah sampai separuh 2 betis dan pentol betis, maka jika kamu menolak maka lebih bawahnya, maka jika kamu menolak, maka didalam belakangnya betis (lebih bawah lagi), maka tidak ada hak bagi 2 mata kaki didalam pakaian bawah. Dan lafal hadist ini dari Muhamad ibn Qodamah.
2. (HR:Nasai 5345) “Dari Abu Huroiroh, dia berkata: bersabda Rosul s.a.w: Apa-apa yang dibawah dari 2 mata kaki dari pakaian maka didalam neraka”.
3. (HR:Nasai 5346) “Dari Abu Huroiroh dari Nabi s.a.w, beliau bersabda: Apa-apa yang dibawah dari 2 mata kaki dari pakaian, maka didalam neraka”.
BAB MEMANJANGKAN (MELEMBREHKAN) PAKAIAN BAWAH
1. (HR:Nasai 5347) “Dari Ibni Abas, dari Nabi s.a.w, beliau bersabda: Sesungguhnya Alloh yang maha mulya dan maha agung, tidak melihat pada orang yang melembrehkan pakaian bawah”.
2. (HR:Nasai 5348) “Dari Abi Dzar, Rosul bersabda: 3 golongan yang tidak diajak bicara oleh Alloh di hari qiamat dan mereka tidak disucikan oleh Alloh, dan bagi mereka siksaan yang pedih: 1. Orang yang memngundat-undat(mengungkit-ungkit) dengan apa-apa yang telah dia berikan 2. Orang yang melembrehkan pada pakaian bawah 3. Orang yang berusaha agar daganganya laku dengan sumpah yang bohong.
3. (HR:Nasai 5349) Dari Ibni Umar berkata: bersabda Rosul s.a.w : Adapun melembrehkan pakaian dan qomis dan surban, barangsiapa yang melembrehkan darinya pada sesuatu karena sombong Alloh tidak melihat padanya dihari qiamat”.
4. (HR:Nasai 5350) Dari Abih sesungguhnya Rosul bersabda: Barangsiapa yang melembrehkan pakaiannya dengan sombong Alloh tidak melihat padanya dihari qiamat”. Abu Bakar bertanya: Ya Rosululloh sesungguhnya salah satu sisi dari pakaianku melembreh, kecuali jika mempersungguh aku dari mlorot (kecuali kalau aku naikkan)? Nabi menjawab: Sesungguhnya engkau bukanlah dari orang yang berbuat sombong”.
CATATAN: Banyak sekali orang yang berdalih, bahwa memakai pakaian dibawah mata kaki ASALKAN TIDAK SOMBONG tidak apa-apa! Benarkah demikian?
1. Orang tersebut tidak mengerti apa yang dimaksud dengan “sombong” disini. Sombong disini memiliki pengertian “yahruju ani thoat” (tidak thoat), bukan seperti sombong yang biasa kita mengerti, yaitu memakai sesuatu yang hebat sambil pamer (jw. Gemblelengan, kemlinthi dll)
2. Orang tersebut membaca (mengerti)dalil hanya sepotong-sepotong, dan belum pernah membaca Hadist secara tuntas (lengkap), artinya hanya cuplikannya saja (seperti diatas) dan belum pernah mempelajari hadist secara kontekstual.
3. Orang tersebut hanya membaca salah satu Hadist misalnya Bukhori, dan belum pernah membaca Hadist lainnya seperti (Nasa?i), padahal sama-sama shohehnya.
4. Orang tersebut barulah sampai taraf mengerti agama tetapi belum faham agama
5. Alasan lain-lainnya yang sejenisnya.
source :azizalamin.blogspot.com/
"Dan inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah! dan jangan mengikuti jalan-jalan yang lain karena hanya akan memisahkanmu dari jalanKu yang benar"
Selasa, 19 Agustus 2008
Kamis, 14 Agustus 2008
Cinta Rasul
Cinta Rasul
Ada salah satu nasehat yang saya dengar di pengajian tadi malam yang sangat menarik perhatian saya. Pertama, karena termasuk jajaran hadist 'baru' buat saya. Dan kedua, waktu disampaikan, penyampainya tidak memberikan keterangan yang lebih detail (mungkin dilupakan mengingat waktu yang sudah hampir habis). Jadilah membuat penasaran untuk mengkaji lebih jauh.
Hadist tersebut diriwayatkan dari Abu An-Nashr dan Dailami. Suatu riwayat yang asing buat saya. Thus, saya juga tidak punya referensinya, sehingga semakin menambah penasaran saya. Arti hadist tersebut kurang lebih begini, “Ajarilah anak-anak kalian atas tiga perkara, (1) cinta Nabi kalian, (2) cinta kepada keluarganya Nabi, dan (3) membaca alquran, maka sesungguhnya pembawa Alquran itu di dalam naungannya Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya beserta para Nabi dan keluarga Nabi.”
Berkaca pada tema nasehat tsb yaitu menekankan masalah pembinaan usia dini, rasanya banyak yang harus kita lakukan. Menurut hadist di atas kelihatannya banyak orang tua yang belum mengajarkan masalah cinta kepada Nabi, apalagi keluarganya. Dan bagaimana bentuk cinta itu, kadang masih absurd buat kebanyakan kita. Kenapa saya katakan demikian? Nyatanya pada penyampaian dalil tersebut, penyampai (di tempat saya) tidak merinci dengan jelas bentuk dan cara mencintai Nabi dan keluarganya. Dan secara kontekstual hadist ini memang lebih menyorot pada poin ke 3 yaitu menguasai Alquran dan fadhilahnya. Oleh karena itu, perlu rasanya kita gali informasi bagaimana cara mencintai Nabi dan keluarganya, untuk kemudian kita bisa mengajarkannya.
Salah satu dalil yang sering saya dengar, awal-awal belajar mengaji dulu adalah begini,” Man ahya sunnatii faqod ahabbanii, waman ahabbani kaana ma’ii fil jannah - Barangsiapa yang menghidup-hidupkan sunnahku, sungguh dia cinta kepadaku. Dan barangsiapa yang mencintai aku maka dia akan bersamaku di surga.” (sayang saya belum menemukan referensinya). Bersandar pada dalil ini (jika tidak dhoif), setidaknya menjadi sedikit jelas bagaimana kita mencintai Nabi dan keluarganya. Masalahnya kita tidak lagi hidup sejaman dengan Nabi SAW. Mudah – mudahan dalil ini bisa menjadi acuan buat kita. Jadi konteks mencintai Nabi adalah dengan mengamalkan sunnah-sunnahnya. Terlebih di saat manusia yang lain meninggalkannya. Mulai dari apa yang dikerjakan Nabi, apa yang disetujui Nabi dan apa yang menjadi cita-cita (iqror) Nabi SAW. Inilah esensi cinta itu. Tapi bagaimana memulainya?
Pertama, di kita ada idiom tak kenal maka tak sayang. Jadi kenalkanlah kepada anak-anak kita nama Nabi kita SAW beserta gelarnya. Juga nama istri-istrinya, anak-anaknya dan cucu-cucunya. Saya berani bertaruh, banyak diantara kita yang belum kenal gelar Nabi SAW, apalagi nama kesembilan istrinya. Pun kelima anaknya dengan Khadijah. Jadi proses pengenalan ini saya anggap penting juga dalam rangka mencintai Nabi SAW dan keluarganya. Bisa lewat cerita – tutur tinular, dongeng pengantar tidur, tarikh islam atau cara lain yang inovatif. Dengan tahu nama, dengan kenal nama, diharapkan mampu menumbuhkan sikap ta’dhim terhadap Nabi SAW dan keluarganya. Irene Handono, mantan biarawati yang membelot jadi islam, sering menceramahkan, ”Banyak diantara kita umat islam yang kenal superman, batman, rambo, dora emon, dll, tapi jarang yang mengidolakan bahkan tak kenal siapa itu Hasan, Husen, Fathimah Az-Zahra, Khadijah, Ali dan sederet nama lain yang termasuk keluarga Nabi. Ironis, sungguh ironis.
Nabi mempunyai nama Ahmad atau Muhammad dengan 5 julukan baginya, selain Al-Amin yang beliau sandang sebelum menjadi Nabi.
Dari Mut'im r.a. katanya :
Rasulullah Saw bersabda : 'Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama: Aku Muhammad (yang amat dipuji), *Aku Ahmad (yang banyak memuji)*, Aku yang penghapus karena aku Allah menghapuskan kekafiran, Aku pengumpul yang dikumpulkan manusia dibawah kekuasaanku dan aku pengiring yang *TIADA KEMUDIANKU SEORANG NABIPUN*.(HR. Muslim)
Dari Abu Musa Al Asy'ari r.a. katanya :
'Pernah Rasulullah Saw menerangkan nama diri beliau kepada kami dengan menyebut beberapa nama: Aku Muhammad, *Aku Ahmad*, Aku pengiring dan pengumpul, Nabi (yang menyuruh) tobat dan Nabi (yang membawa) rahmat.' (HR. Muslim)
Adapun istri-istrinya, yang pertama Adalah Khadijah binti Khuwailid. Selanjutnya sepeninggal Khadijah, Nabi memiliki 9 istri dan 2 budak sebagai berikut:
Saudah binti Zum'ah
Aisyah binti Abu Bakar
Hafsah binti Umar Al-Khattab
Zainab binti Jahsyin
Zainab binti Khuzaimah
Ummu Salamah (Hindun binti Abi Umaiyah)
Ummu Habibah (Ramlah binti Abi Sufian)
Maimunah binti Al-Harith
Shofiah binti Huyayyin
Juwairiyah
Mariyah Al-Qibtiyah
Adapun anak-anak Nabi (kesemuanya dari Khodijah) adalah sebagai berikut:
Al-Qasim
Abdullah
Zainab
Ruqaiyah
Ummu Kultsum
Fatimah
Ibrahim (dari Mariyah Al-Qibtiyah)
Kedua yang tak kalah penting adalah membacakan sholawat atas Nabi SAW dan keluarganya. Hal ini banyak disinggung dalam hadist dan merupakan bentuk konkret ujud cinta yang sebenarnya. Sholawat ini merupakan bentuk cinta yang tidak kenal masa dan usia. Siapa saja dan kapan saja bisa melakukannya untuk memanifestasikan rasa cinta dan senang kepada Nabi SAW beserta keluarganya. Bahkan sebutan bakhil pun disematkan bagi mereka yang tidak mau membaca sholawat Nabi. Sunan Tirmidzi meriwayatkan:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى وَزِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ
... dari Ali bin Abi Tholib, berkata dia, bersabda Rasulullah SAW, ”Orang yang bakhil adalah orang yang ketika disebut aku di sisinya maka tidak mau membaca sholawat dia atasku.”
Bagaimana membaca sholawat? Ada yang panjang ada yang pendek, seperti bacaan sholawat pada tahiyat sholat. Dan itulah yang kita pakai untuk mewujudkan cinta Nabi dan keluarganya yaitu dengan membacakan sholawat di luar sholat, tentunya.
أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْأُمَوِيُّ فِي حَدِيثِهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ قَالَ سَأَلْتُ زَيْدَ بْنَ خَارِجَةَ قَالَ أَنَا سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ صَلُّوا عَلَيَّ وَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ وَقُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
…dari Musa ibnu Tholhah berkata dia, aku berkata pada Zaid ibnu Khorijah, dia berkata, aku bertanya pada Rasululah SAW, maka bersabda Rasulullah SAW membacalah sholawat kalian atasku dan mempersungguhlah kalian di dalam berdoa dan berkatalah Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad. (Rowahu Sunan Nasaai, Kitaabu As-Sahwi)
Nah, baru yang ketiga secara keseluruhan kita bisa mengatakan berdasar dalil pertama di atas untuk mewujudkan cinta Nabi dan keluarganya yaitu menghidupkan sunah-sunahnya secara keseluruhan dan bertanggung jawab.
Ayo yoo… mulai yooo…… Udah kok ……..!!!! Alhamdulillah
By : Faizunal Abdillah ~ MilisJokam
Ada salah satu nasehat yang saya dengar di pengajian tadi malam yang sangat menarik perhatian saya. Pertama, karena termasuk jajaran hadist 'baru' buat saya. Dan kedua, waktu disampaikan, penyampainya tidak memberikan keterangan yang lebih detail (mungkin dilupakan mengingat waktu yang sudah hampir habis). Jadilah membuat penasaran untuk mengkaji lebih jauh.
Hadist tersebut diriwayatkan dari Abu An-Nashr dan Dailami. Suatu riwayat yang asing buat saya. Thus, saya juga tidak punya referensinya, sehingga semakin menambah penasaran saya. Arti hadist tersebut kurang lebih begini, “Ajarilah anak-anak kalian atas tiga perkara, (1) cinta Nabi kalian, (2) cinta kepada keluarganya Nabi, dan (3) membaca alquran, maka sesungguhnya pembawa Alquran itu di dalam naungannya Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya beserta para Nabi dan keluarga Nabi.”
Berkaca pada tema nasehat tsb yaitu menekankan masalah pembinaan usia dini, rasanya banyak yang harus kita lakukan. Menurut hadist di atas kelihatannya banyak orang tua yang belum mengajarkan masalah cinta kepada Nabi, apalagi keluarganya. Dan bagaimana bentuk cinta itu, kadang masih absurd buat kebanyakan kita. Kenapa saya katakan demikian? Nyatanya pada penyampaian dalil tersebut, penyampai (di tempat saya) tidak merinci dengan jelas bentuk dan cara mencintai Nabi dan keluarganya. Dan secara kontekstual hadist ini memang lebih menyorot pada poin ke 3 yaitu menguasai Alquran dan fadhilahnya. Oleh karena itu, perlu rasanya kita gali informasi bagaimana cara mencintai Nabi dan keluarganya, untuk kemudian kita bisa mengajarkannya.
Salah satu dalil yang sering saya dengar, awal-awal belajar mengaji dulu adalah begini,” Man ahya sunnatii faqod ahabbanii, waman ahabbani kaana ma’ii fil jannah - Barangsiapa yang menghidup-hidupkan sunnahku, sungguh dia cinta kepadaku. Dan barangsiapa yang mencintai aku maka dia akan bersamaku di surga.” (sayang saya belum menemukan referensinya). Bersandar pada dalil ini (jika tidak dhoif), setidaknya menjadi sedikit jelas bagaimana kita mencintai Nabi dan keluarganya. Masalahnya kita tidak lagi hidup sejaman dengan Nabi SAW. Mudah – mudahan dalil ini bisa menjadi acuan buat kita. Jadi konteks mencintai Nabi adalah dengan mengamalkan sunnah-sunnahnya. Terlebih di saat manusia yang lain meninggalkannya. Mulai dari apa yang dikerjakan Nabi, apa yang disetujui Nabi dan apa yang menjadi cita-cita (iqror) Nabi SAW. Inilah esensi cinta itu. Tapi bagaimana memulainya?
Pertama, di kita ada idiom tak kenal maka tak sayang. Jadi kenalkanlah kepada anak-anak kita nama Nabi kita SAW beserta gelarnya. Juga nama istri-istrinya, anak-anaknya dan cucu-cucunya. Saya berani bertaruh, banyak diantara kita yang belum kenal gelar Nabi SAW, apalagi nama kesembilan istrinya. Pun kelima anaknya dengan Khadijah. Jadi proses pengenalan ini saya anggap penting juga dalam rangka mencintai Nabi SAW dan keluarganya. Bisa lewat cerita – tutur tinular, dongeng pengantar tidur, tarikh islam atau cara lain yang inovatif. Dengan tahu nama, dengan kenal nama, diharapkan mampu menumbuhkan sikap ta’dhim terhadap Nabi SAW dan keluarganya. Irene Handono, mantan biarawati yang membelot jadi islam, sering menceramahkan, ”Banyak diantara kita umat islam yang kenal superman, batman, rambo, dora emon, dll, tapi jarang yang mengidolakan bahkan tak kenal siapa itu Hasan, Husen, Fathimah Az-Zahra, Khadijah, Ali dan sederet nama lain yang termasuk keluarga Nabi. Ironis, sungguh ironis.
Nabi mempunyai nama Ahmad atau Muhammad dengan 5 julukan baginya, selain Al-Amin yang beliau sandang sebelum menjadi Nabi.
Dari Mut'im r.a. katanya :
Rasulullah Saw bersabda : 'Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama: Aku Muhammad (yang amat dipuji), *Aku Ahmad (yang banyak memuji)*, Aku yang penghapus karena aku Allah menghapuskan kekafiran, Aku pengumpul yang dikumpulkan manusia dibawah kekuasaanku dan aku pengiring yang *TIADA KEMUDIANKU SEORANG NABIPUN*.(HR. Muslim)
Dari Abu Musa Al Asy'ari r.a. katanya :
'Pernah Rasulullah Saw menerangkan nama diri beliau kepada kami dengan menyebut beberapa nama: Aku Muhammad, *Aku Ahmad*, Aku pengiring dan pengumpul, Nabi (yang menyuruh) tobat dan Nabi (yang membawa) rahmat.' (HR. Muslim)
Adapun istri-istrinya, yang pertama Adalah Khadijah binti Khuwailid. Selanjutnya sepeninggal Khadijah, Nabi memiliki 9 istri dan 2 budak sebagai berikut:
Saudah binti Zum'ah
Aisyah binti Abu Bakar
Hafsah binti Umar Al-Khattab
Zainab binti Jahsyin
Zainab binti Khuzaimah
Ummu Salamah (Hindun binti Abi Umaiyah)
Ummu Habibah (Ramlah binti Abi Sufian)
Maimunah binti Al-Harith
Shofiah binti Huyayyin
Juwairiyah
Mariyah Al-Qibtiyah
Adapun anak-anak Nabi (kesemuanya dari Khodijah) adalah sebagai berikut:
Al-Qasim
Abdullah
Zainab
Ruqaiyah
Ummu Kultsum
Fatimah
Ibrahim (dari Mariyah Al-Qibtiyah)
Kedua yang tak kalah penting adalah membacakan sholawat atas Nabi SAW dan keluarganya. Hal ini banyak disinggung dalam hadist dan merupakan bentuk konkret ujud cinta yang sebenarnya. Sholawat ini merupakan bentuk cinta yang tidak kenal masa dan usia. Siapa saja dan kapan saja bisa melakukannya untuk memanifestasikan rasa cinta dan senang kepada Nabi SAW beserta keluarganya. Bahkan sebutan bakhil pun disematkan bagi mereka yang tidak mau membaca sholawat Nabi. Sunan Tirmidzi meriwayatkan:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى وَزِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ
... dari Ali bin Abi Tholib, berkata dia, bersabda Rasulullah SAW, ”Orang yang bakhil adalah orang yang ketika disebut aku di sisinya maka tidak mau membaca sholawat dia atasku.”
Bagaimana membaca sholawat? Ada yang panjang ada yang pendek, seperti bacaan sholawat pada tahiyat sholat. Dan itulah yang kita pakai untuk mewujudkan cinta Nabi dan keluarganya yaitu dengan membacakan sholawat di luar sholat, tentunya.
أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْأُمَوِيُّ فِي حَدِيثِهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ قَالَ سَأَلْتُ زَيْدَ بْنَ خَارِجَةَ قَالَ أَنَا سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ صَلُّوا عَلَيَّ وَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ وَقُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
…dari Musa ibnu Tholhah berkata dia, aku berkata pada Zaid ibnu Khorijah, dia berkata, aku bertanya pada Rasululah SAW, maka bersabda Rasulullah SAW membacalah sholawat kalian atasku dan mempersungguhlah kalian di dalam berdoa dan berkatalah Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad. (Rowahu Sunan Nasaai, Kitaabu As-Sahwi)
Nah, baru yang ketiga secara keseluruhan kita bisa mengatakan berdasar dalil pertama di atas untuk mewujudkan cinta Nabi dan keluarganya yaitu menghidupkan sunah-sunahnya secara keseluruhan dan bertanggung jawab.
Ayo yoo… mulai yooo…… Udah kok ……..!!!! Alhamdulillah
By : Faizunal Abdillah ~ MilisJokam
Langganan:
Postingan (Atom)