"Dan inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah! dan jangan mengikuti jalan-jalan yang lain karena hanya akan memisahkanmu dari jalanKu yang benar"
Jumat, 19 Juni 2009
Cukuplah Kematian Sebagai Peringatan
"Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!" (HR. Tirmidzi)
Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.
Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.
1. Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)."
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, "Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) dating azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: 'Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.."
2. Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan 'habis', usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.
Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.
Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naïf kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.
3. Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Islam menggariskan bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.
Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang. Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.
Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
4. Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.
5. Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.
"Ad-Dun-ya mazra'atul lil akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat)
Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.
Oleh : Heri_Lantabur
Selasa, 16 Juni 2009
Banyak Amalan Yang Jadi Pulihan
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,"Barangsiapa ketika mendengar adzan mengucapkan,
[Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-Wasilah (derajat di surga yang tidak akan diberikan selain kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam) dan keutamaan kepada Muhammad. Dan bangkitkan beliau sehingga bisa menempati kedudukan yang terpuji, yang telah Engkau janjikan], maka ia akan mendapatkan syafa'atku pada hari Kiamat.." (HR. al-Bukhari)
• SHALAT DUA RAKA'AT SETELAH WUDHU
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seseorang berwudhu, dengan menyempurnakannya, lalu melaksanakan shalat dua raka'at dan ia melaksanakannya dengan hati dan wajahnya (konsentrasi), melainkan telah pasti (wajib) baginya surga." (HR. Muslim)
• BERSEGERA MELAKSANAKAN SHALAT
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Andaikata manusia mengetahui pahala yang ada pada adzan dan shaf pertama, kemudian tidak mendapati selain harus melakukan undian, niscaya mereka akan melakukannya." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
• PERGI KE MASJID
Rasululllah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang pergi ke masjid di pagi hari atau sore harinya, maka Allah akan menyediakan baginya hidangan di dalam surga setiap pagi atau sore." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
• MEMPERBANYAK SHALAT SUNAH
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Hendaklah kamu memperbanyak sujud (shalat) sebab tidaklah kamu sujud sekali kepada Allah, melainkan dengannya Dia akan mengangkat derajatmu dan menghapus dosa (kecil)-mu.” (HR. Muslim)
• SHALAT SUNNAH RAWATIB
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang Muslim melaksanakan shalat sunnah, selain fardhu karena Allah subhanahu wata’ala setiap hari sebanyak dua belas raka'at maka Allah akan membangun untuknya rumah di surga." (HR. Muslim)
• SHALAT SUNNAH SHUBUH
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Dua raka'at Fajar (sebelum Shubuh) lebih baik dari dunia dan seisinya." (HR. Muslim)
• SHALAT DHUHA
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Setiap tulang rusuk salah satu dari kamu bernilai sedekah; setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan 'alhamdulillah') adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan 'Laa ilaaha illallah') adalah sedekah, setiap takbir (ucapan 'Allahu Akbar') adalah sedekah, amar ma'ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah dan termasuk bagian dari itu dua raka'at shalat Dhuha." (HR. Muslim)
• SHALAT JENAZAH
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga menshalatkannya, maka ia mendapatkan satu Qirath dan barangsiapa yang menghadirinya hingga dikuburkan, maka ia mendapatkan dua Qirath." Lalu ada yang bertanya, "Apakah dua Qirath itu.?" Beliau menjawab, "Seperti dua gunung yang besar.."(HR. al-Bukhari dan Muslim)
• ZIKIR SETELAH SHALAT
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa mengucapkan tasbih (mengucapkan 'subhanallah') di setiap akhir shalat sebanyak 33 kali, mengucapkan hamdalah (mengucapan 'alhamdulillah') sebanyak 33 kali, bertakbir (mengucapkan 'Allahu Akbar') sebanyak 33 kali lalu sebagai penyempurna (bilangan) seratus ia mengucapkan,
[Tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu], maka Aku akan mengampuni dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih di lautan." (HR. Muslim)
• MEMBACA AYAT KURSI
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang membaca ayat Kursi setiap akhir shalat wajib, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian." (HR. an-Nasa-i)
• PUASA
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka selama tujuh puluh tahun perjalanan." (HR. Ahmad dan an-Nasa-i)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Puasa tiga hari setiap bulan adalah seperti puasa setahun." (HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan an-Nasa-i)
• MEMBACA AL-QUR'AN
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka ia mendapatkan satu kebaikan (pahala) dan satu kebaikan itu bernilai sepuluh kali lipatnya." (HR. at-Tirmidzi)
• SHALAWAT KEPADA NABI SHALLALLAHU’ALAIHI WASALLAM
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa mengucapkan satu kali shalawat kepadaku, maka Allah akan membalasnya dengan sepuluh kali.” (HR. al-Bukhari)
• TASBIH, TAHMID DAN TAHLIL
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang mengucapkan,
[Tiada Tuhan (yang berhak disembah dengan haq) selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu] dalam sehari seratus kali, maka ia mendapatkan pahala setara membebaskan sepuluh budak, dicatat baginya seratus pahala, dihapus darinya seratus dosa dan ia mendapatkan penjagaan dari syaithan pada hari itu hingga sore hari. Dan tidak ada seorang pun melakukan yang lebih baik darinya melainkan orang yang melakukan lebih banyak dari itu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,”Barangsiapa yang mengucapkan 'subhanallah wa bihamdihi' dalam sehari sebanyak seratus kali, maka akan dihapus dosa-dosanya sekali pun sebanyak buih di lautan."(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang mengucapkan,
"Maha Suci Allah, segala puji hanya bagi-Nya, tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Dia, Allah Maha Besar", Maka akan ditanamkan untuknya sebuah pohon kurma di surga." (HR. al-Bukhari)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba mengucapkan di pagi dan sore hari sebanyak tiga kali,
[Aku rela Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shallallahu’alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul], melainkan sudah menjadi hak Allah untuk meridhainya pada hari Kiamat." (HR. Ahmad)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, 'la haula wa la quwwata illa billah' adalah salah satu dari sekian banyak perbendaharaan surga." (HR. an-Nasa-i)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan, dan dicintai Allah ar-Rahman; subhanallah wa bihamdihi sub-hanallahil 'azhim." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Aku telah mengucapkan empat kalimat yang aku ulang sebanyak tiga kali lebih baik dari yang kamu ucapkan
[Maha suci Allah, aku memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan Arasy-Nya, dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya." (HR. Muslim dan Abu Dawud)
• MENYANTUNI PARA JANDA DAN ORANG-ORANG MISKIN
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Penyantun janda dan orang miskin adalah seperti Mujahid di jalan Allah." Aku mengira (periwayat hadits-penj.) Beliau shallallahu’alaihi wasallam melanjutkan, "dan seperti orang yang melakukan shalat malam tanpa henti-henti dan seperti orang yang berpuasa tanpa pernah berbuka." (HR. Muslim)
• MENJENGUK ORANG SAKIT
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang Muslim menjenguk saudaranya sesama Muslim yang sedang sakit di waktu pagi melainkan tujuh puluh ribu malaikat mengucapkan shalawat atasnya (mendoakannya) hingga sore hari. Dan tidaklah ia menjenguknya di waktu sore, melainkan tujuh puluh ribu malaikat mengucapkan shalawat atasnya (mendoakannya) hingga pagi hari dan ia memiliki kebun di surga."(HR. at-Tirmidzi)
• MENGUCAPKAN ALHAMDULILLAH SETELAH MAKAN
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang telah menyantap makanan lalu mengucapkan,
[Segala puji bagi Allah Yang telah memberi (makanan kepadaku) yang ini dan menganugerahkan rizqi dengan tanpa daya dan upaya dariku], maka akan diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu."(HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
• MEMBACA DO'A 'KAFARATUL MAJLIS' (PENUTUP MAJLIS)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang duduk di suatu majlis dan banyak salah, lalu sebelum beranjak dari majlis tersebut, ia mengucapkan,
[Maha suci Engkau, Ya Allah. Dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu], melainkan diampuni baginya dosa yang terjadi di majlis itu." (HR. at-Tirmidzi)
• MENDIDIK ANAK-ANAK PEREMPUAN
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang diberi suatu cobaan (dengan memiliki) anak-anak perempuan ini, lalu ia memperlakukan mereka dengan baik, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka." (HR. Ahmad)
• AKHLAQ YANG BAIK
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada sesuatu pun dalam timbangan seorang Mukmin yang lebih berat dari akhlaq yang baik pada hari Kiamat." (HR. at-Tirmidzi)
oleh: heri_lantabur
Selasa, 09 Juni 2009
Sosok: Jangan Cepat Lelah dan Menyerah
Aceh - Hendra Syahputra, demikian nama seorang tokoh LDII yang bertugas sebagai Sekretaris DPD LDII Provinsi NAD ini. Beliau beberapa waktu lalu baru saja memenangkan lomba menulis dan photo Capasity Building di Daerah Konflik, yang diadakan The World Bank, Multi Donor Trush Fund, Washington DC. Bapak yang lahir 32 tahun yang lalu di Bireun tepatnya pada tanggal 24 Oktorber 1976 ini telah memiliki 2 orang anak yaitu putra dan putri dari sang istri yang berprofesi seorang dokter yaitu dr. Sulamsih Sri Budini. Sang Istri sedang menyelesaikan pendidikan dokter spesialis sedangkan Pak Hendra tengah menyelesaikan pendidikan S3 kerjasama dengan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Semester 1 di bidang Economic Development Planning.
Beliau baru saja memenangkan Writing and Photo Competition yang diadakan oleh The World Bank dan MDF. Washington DC pada tanggal 24 Maret 2009. Beruntung redaksi berkesempatan untuk mendapatkan sedikit cerita bagaimana dia mendapatkan pengakuan dari dunia internasional melalui tulisan dan photo.
"Menulis dan membaca, sudah saya senangi sejak kecil. Tahun 2000, saya pernah memenangkan lomba menulis sastra tingkat Nasional, yang diselenggarakan Kementrian Pendidikan.", demikian menurut beliau yang juga pernah bekerja di Majalah Gatra Jakarta dan Harian Media Indonesia Jakarta. Sebetulnya beliau mendapatkan beberapa penghargaan. Beberapa diantaranya adalah Tahun 1999 pernah memenangkan lomba membaca sastra Piala HB Jassin tingkat Nasional. Beranjak semakin dewasa, pada tahun 2002 tulisannya mengenai pergolakan dan emansipasi perempuan Aceh, memenangkan lomba menulis dan dijadikan laporan utama, ANU University, Australia, dalam bidang Perdamaian dan Resolusi Konflik.
Beliau dengan gamblang menceritakan dengan lugas bagaimana perjalanannya dari awal karir sehingga mencapai prestasi seperti sekarang.
"Tahun 2003, tulisan saya tentang Reportase Gerilya Hutan Aceh, juga masuk dalam Australia Writing. Untuk tahun 2009, yang baru saja terjadi, tulisan saya tentang "Pembangunan di daerah bekas konflik Aceh", sekaligus photo tentang Capacity Building memenangkan writing and photo competition yang diadakan The World Bank dan MDF. Washington DC.
Ini adalah sebuah kompetisi tahunan yang di adakan The World Bank untuk umum. Saya mempersiapkan materi photo dan tilisan dengan turun ke lapangan selama 3 hari untuk melihat Object nya. Persis hari terakhir pendaftaran saya mendaftar, Alhamdulilah belum terlambat. Sebulan kemudian tepatnya Maret Lalu, saya diumumkan sebagai pemenang nya, bersama 5 pemenang lainnya. Saya tidak menyangka memenangkan tulisan dan photo ini. Bagi saya photo yang saya kirimkan sangat biasa. Namun bagi juri mungkin ada uniknya. Ada pertolongan Allah bagi saya.
Harapan saya, prestasi bisa kita toreh dimanapun, yang terpenting jangan cepat menyerah untuk mencoba. Berhasil perlu ketulusan hati untuk berjuang dan berusaha, jangan cepat lelah dan menyerah."
Demikian apa yang beliau sampaikan kepada kami. Mudah-mudahan apa yang beliau lakukan akan memberikan inspirasi kepada kita semua untuk berbuat lebih baik lagi.
reported by: n3m0
Langganan:
Postingan (Atom)