Rabu, 15 April 2015

PONPES MULYA ABADI: Khaulah Wanita Hebat

PONPES MULYA ABADI: Khaulah Wanita Hebat: Khaulah Wanita Hebat

Wanita shalihat adalah simpanan kekayaan ‘paling berharga’ bagi suami. Dialah wanita yang menempa hingga anak dan suami menjadi orang hebat. Perhatikanlah! Tiap ada lelaki hebat, pasti di sisinya ada wanita hebat yang berpengaruh dalam kehidupannya. Itulah yang dimaksud menempa lelaki. Dan orang hebat seperti Maryam, Bukhari dan lainnya, juga anak wanita hebat.

Wanita yang telah taat namun diacuhkan oleh suami, pasti dikasihani oleh AllahTaala. Zaman nabi SAW, ada wanita shalihah bernama Khaulah binti Tsalabah (خَوْلَة بِنْت ثَعْلَبَة) yang dianiaya oleh suami (Aus bin Asshamit / أَوْسُ بْنُ الصَّامِتِ), sehingga melaporkan pada nabi SAW dan pada Allah. Allah mendengarkan laporannya dan berfirman:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ  [المجادلة/1].
Artinya:
Sungguh Allah telah mendengar wanita yang melaporkan padamu mengenai suaminya, dan melaporkan pada Allah. Allah mendengar perbincangan kalian berdua. Sungguh Allah Maha mendengar Maha melihat.
Tentu saja Firman itu membuat para sahabat kagum pada kehebatan Khaulah adik ipar sahabat dekat nabi SAW yang bernama Ubadah bin Asshamit (عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ). Di antara mereka yang pantas ditulis mengenai kekagumannya pada Khaulah adalah, Umar bin Al-Khatthab dan Aisyah (عَائِشَةُ) RA:
1.     Umar bersama rombongan pernah naik himar dan bertemu Khaulah. Khaulah minta agar Umar berhenti untuk mendengar nasehatnya dalam waktu cukup lama. Perkataan Khaulah di antaranya: “Hai Umar, ketika kau masih kecil panggilanmu ‘Umar kecil’. Setelah dewasa dipanggil ‘Umar’. Setelah dibaiat dipanggil ‘Amiral Mukminiin’. Kini bertaqwalah pada Allah ya Umar! Orang yang yakin akan mati, pasti rajin beribadah. Orang yang tahu bahwa amalannya akan dihisab, pasti takut disiksa.” Umar RA berhenti lama untuk mendengarkan nasehatnya. Ada orang bertanya, “Ya Amiral Mukminiin, masyak tuan mau berhenti lama hanya untuk mendengarkan wanita tua ini?.” Mereka mendengarkan dan heran pada jawaban Umar RA, “Demi Allah! kalau dia menahan saya mulai pagi hingga sore untuk nasehat, pasti saya berhenti dan mendengarkan terus. Saya akan pergi hanya untuk shalat wajib. Tak tahukah kalian siapa wanita tua ini? Dialah Khaulah binti Tsalabah yang ucapannya didengarkan oleh Allah. Masyak Tuhan seluruh alam mendengarkan ucapan dia, Umar justru tak mau mendengarkan?.”
2.     Aisyah (عَائِشَةُ) RA, istri nabi SAW juga kagum pada Khaulah. Dia berkisah, “Maha Barakah zat yang PendengaranNya menangkap segala sesuatu. Sungguh saya mendengar sebagian ucapan Khalah binti Tsalabah, dan tidak mampu mendengar sebagian. Saat itu dia melaporkan suaminya pada Rasulallah SAW: ‘ya Rasulallah, dia telah menghabiskan masa mudaku. Rahim saya telah melahirkan anak-anaknya. Setelah saya tua dan tidak melahirkan lagi, dia justru menzhihar saya. [1] Ya Allah, saya laporan padaMu’. Dia berdoa demikian terus hingga Jibril AS menurunkan ini ayat: قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ  [المجادلة/1]. Artinya: Sungguh Allah telah mendengar wanita yang melaporkan padamu mengenai suaminya, dan melaporkan pada Allah. Allah mendengar perbincangan kalian berdua. Sungguh Allah Maha mendengar Maha melihat.

Kesimpulan: Khaulah dan wanita yang senasib dengannya, pasti diperhatikan, dan doanya dikabulkan oleh Allah. Dan wanita dinikah untuk dicintai dan disayang. Rasulullah SAW bersabda, “Nasehatlah pada wanita secara baik-baik! Sebab mereka adalah tawanan di sisi kalian. Kalian tidak berwenang kecuali sebatas itu, kecuali jika mereka melakukan penyelewengan yang nyata.”

PONPES MULYA ABADI: Yang Membatalkan Infaq

PONPES MULYA ABADI: Yang Membatalkan Infaq:



Yang Membatalkan Infaq



 { الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (262) قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ (263) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (264) } [البقرة: 262 - 264].

Artinya:
Orang-orang yang menginfakkan harta-harta mereka di Jalan Allah, lalu tidak mengikutkan ungkitan dan cemoohan pada yang telah mereka infakkan, berhak mendapatkan pahala mereka di sisi Tuhan mereka. Tiada takut atas mereka, dan mereka takkan susah. (262).

Ucapan baik dan ampunan lebih baik, daripada shodaqoh yang diikuti oleh cemoohan. Allah Maha Kaya Maha Bijak. (263)

Hai orang-orang iman secara khusus, jangan membatalkan shodaqoh kalian dengan mengungkit-ungkit dan cemoohan! Seperti orang yang menginfakkan hartanya dengan pamer manusia. Dan tidak beriman pada Allah dan hari akhir. Gambarannya seperti batu bersih yang di atasnya ada debu, lalu tertimpa oleh hujan lebat, hingga ditinggalkan dengan bersih. Mereka tidak mampu atas sesuatu dari yang telah mereka kerjakan. Dan Allah takkan membimbing kaum Kafir. (264)